3 Alasan Pasangan Sebaiknya Pisahkan Keuangan Meski Menikah

Berikut alasan memisahkan uang pribadi dalam hubungan rumah tangga.

oleh Helena Yupita diperbarui 16 Jan 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi Pasangan Credit: unsplash.com/Carly

Liputan6.com, Jakarta Usai menikah, biasanya pasangan kemudian memutuskan untuk menggabungkan keuangan mereka. Penggabungan keuangan ini tidak hanya membantu meringankan pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti membayar tagihan atau membeli bahan makanan, tetapi memungkinkan Anda untuk merencanakan masa depan.

Mulai dari merencanakan masa pensiun, menabung untuk rumah, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan keuangan keluarga.

Namun, sebelum menggabungkan keuangan, pastikan Anda memahami sepenuhnya apa yang diperlukan. Ini berarti juga akan menggabungkan utang, anggaran rumah tangga, dan tabungan.

Ini juga mungkin berarti bahwa harus mengubah cara membelanjakan atau menabung, atau menerima bahwa cara pasangan menangani uang jauh berbeda. Ingatlah bahwa uang bisa menjadi masalah besar dalam suatu hubungan.

Namun, ada beberapa skenario di mana mungkin bukan ide terbaik untuk menggabungkan keuangan dengan pasangan baru Anda. Melansir dari laman The balance, cari tahu apa itu dan bagaimana menghadapinya.

1. Antara Penabung dan Tukang Belanja

Mungkin sangat sulit untuk menggabungkan keuangan jika salah satu dari Anda adalah penabung dan yang lain justru suka membelanjakan uang.

Penabung mungkin tidak ingin menggabungkan keuangan karena ingin melindungi tabungannya. Sementara si tukang belanja tidak ingin dimintai pertanggungjawaban atas pengeluaran mereka. Bila tidak disiasati, hal ini dapat menyebabkan masalah kepercayaan di awal pernikahan.

Sebuah anggaran rumah tangga dapat membantu membangun kepercayaan itu dan memastikan bahwa Anda berada di tempat yang sama terkait uang. 

Namun, penting untuk melakukan pendekatan ini dengan hati-hati. Penabung mungkin tampil sebagai orang yang suka memerintah dan mengambil kendali anggaran tanpa membiarkan pemboros berbicara. 

Dan jangan lupa untuk memiliki uang "kesenangan" yang sesuai dengan anggaran. Kuncinya adalah memastikan Anda mampu membayar jumlah yang dipilih.

 

Saksikan Video Ini


2. Masalah Kartu Kredit atau Utang

Ilustrasi Foto Kartu Kredit (iStockphoto)

Sebenarnya tidak apa-apa untuk tidak menggabungkan keuangan setelah Anda menikah. Itu jika salah satu dari pasangan yang memasuki pernikahan memiliki utang dalam jumlah besar atau sejarah dan nilai kredit yang sangat buruk. 

Mungkin menakutkan untuk mengambil semua utang. Juga menakutkan untuk bergabung dengan seseorang yang skor kreditnya buruk, terutama jika sedang berusaha membeli rumah.

Ambil langkah mundur dan putuskan apakah Anda cukup mencintai orang ini untuk bisa bersama mereka meskipun ia memiliki utang yang besar. Juga bijaksana untuk mencari tahu apa yang menyebabkan utang tersebut.

Jika Anda memutuskan bahwa memiliki pasangan dengan utang adalah sesuatu yang dapat ditangani, bantu pasangan membuat rencana untuk melunasi utang itu. 

Dan ingat, utang akan tetap ada dan memengaruhi hidup Anda meski tidak menggabungkan keuangan. Misalnya, hal itu dapat memengaruhi kemampuan untuk membeli rumah pertama bersama atau menyewa mobil.

3. Masalah Kecanduan

Ini adalah masalah yang rumit. Namun, jika ada masalah kecanduan dalam hubungan, mungkin lebih baik membagi keuangan jika sudah menikah, atau memisahkannya jika belum menggabungkan keuangan. Anda tidak ingin uang pensiun atau tabungan terkuras karena perjudian atau kecanduan. 

Sebuah kecanduan belanja dapat memiliki efek yang sama. Terlepas dari kecanduannya, Anda perlu mencari konseling pernikahan dan pasangan perlu menemui seorang konselor sendiri untuk mengatasi masalah ini.

Seringkali kecanduan menyebabkan ketidaksetiaan finansial, jadi penting untuk melindungi diri sendiri saat mengatasi masalah ini. Masalah serupa adalah ketika pasangan mencuri identitas dan membuka pinjaman atas nama Anda tanpa sepengetahuan kita.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya