Telkom Targetkan IPO Mitratel pada Akhir 2021

Head of Investor Relations Telkom Andi Setiawan mengungkapkan alasan akan membawa Mitratel catatkan saham di BEI.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 12 Jan 2021, 16:00 WIB
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)  siap melantai di bursa saham. Menjadi anak usaha  PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) atau Telkom, Initial public offering (IPO) akan dilakukan akhir 2021 atau awal tahun depan.

"Secara timeline, kami berharap Mitratel dapat IPO akhir tahun ini atau semester satu tahun depan, tentunya dengan memperhatikan perkembangan kondisi market," kata Head of Investor Relations Telkom Andi Setiawan kepada Liputan6.com, Selasa (12/1/2021).

Saat disinggung alasan Mitratel akan hadir di Bursa Efek Indonesia (BEI), Andi mengaku valuasi yang lebih baik menjadi salah satu yang terbesar.

"Salah satu pertimbangan Mitratel IPO adalah  mendapatkan valuasi yang lebih baik, di mana industri tower di Indonesia memiliki valuasi yang cukup tinggi. Sehingga diharapkan akan menciptakan value bagi Telkom Group," tuturnya.

Saat ini, Mitratel dan Telkomsel telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat atau Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) terkait pembelian 6.050 unit menara milik Telkomsel. Perjanjian yang dilakukan pada Oktober tahun lalu tersebut memiliki nilai hingga Rp 10,3 trilliun.

Hal ini membuat jumlah menara Mitratel menjadi 22.140 menara. Tersebar di 38.122 titik di seluruh Indonesia, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) menjadi  pengelola 21.271 menara.

"Untuk belanja modal dianggarkan sekitar 25 persen dari pendapatan, dengan fokus memperkuat infrastruktur jaringan untuk menumbuhkan digital business baik di segmen fixed line maupun mobile," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


IndiHome Bakal Topang Pertumbuhan Bisnis Telkom pada 2021

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya mengalami peningkatan sepanjang 2020, Telkom yakin bisnisnya bisa didukung keberhasilan IndiHome pada 2021.

Hal itu diungkapkan  Vice President Investor Relations Telkom, Andi Setiawan. "Salah satu pendorong Telkom di tahun 2021 ini adalah IndiHome karena tumbuh 17 persen lebih dengan pendapatan Rp16,1 trilun hingga 9 bulan pertama tahun 2020," ujar dia secara virtual, ditulis Selasa, 12 Januari 2021.

Sepanjang 2020, Andi mengaku IndiHome miliki target pelanggan hingga 1 juta. Meski dihantam pandemi COVID-19, nyatanya pengguna IndiHome sesuai dengan target yang ditetapkan.

"Untuk pelanggan di tahun 2020 kita targetkan hampir 1 juta. Kemudian marjin masih sangat sehat sekitar 50 persen, bahkan 53,6 persen. Untuk industri ini tidak banyak yang berhasil mencatatkan marjin di atas 50 persen," ujar dia.

Selain IndiHome, Telkom juga mengaku memiliki beberapa bisnis lain yang mampu mendukung pertumbuhan perusahaan pada 2021, salah satunya datang dari Telkomsel.

"Kita juga memiliki segmen segmen tertentu yang memiliki prospek baik seperti data center yang tumbuh sangat baik dan juga tower. Selain itu, anak usaha kita Telkomsel juga tumbuh baik, per September memiliki 170 juta pelanggan," ujar dia.

 


Kurangi Investasi di Layanan Enterprise

Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak hanya itu, Andi juga menegaskan, sejak 2019 perseroan mulai mengurangi investasi di layanan enterprise. Hal ini tak terlepas dari keuntungan yang didapat.

"Enterprise salah satu segmen yang terdampak corona. Selain itu juga perubahan dari dampak strategi bisnis kita. Kita lebih fokus tingkatkan layanan yang profitnya tinggi," ujar dia.

Hingga akhir kuartal III 2020, perseroan catatkan laba periode berjalan turun 1,07 persen menjadi Rp 22,95 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 23,20 triliun.

Pendapatan merosot 2,62 persen dari Rp 102,63 triliun hingga September 2019 menjadi Rp 99,94 triliun hingga September 2020.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya