Liputan6.com, Jakarta - PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) memberikan penjelasan kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait pemberitaan mengenai target kinerja pendapatan dan laba bersih perseroan.
Emiten distributor alat kesehatan ini menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar 80-100 persen pada 2021. Hal itu mempertimbangkan kondisi kinerja 2020. Demikian mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, (12/1/2021).
Baca Juga
Advertisement
Perseroan memperkirakan pendapatan pada 2020 mencapai kisaran Rp 540 miliar-Rp 550 miliar. Pertumbuhan pendapatan itu naik 90 hingga 95 persen secara year on year (YoY). Lonjakan pendapatan tersebut membuat perolehan laba bersih Perseroan meningkat signifikan.
Direktur Keuangan PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), Pratoto Raharjo memperkirakan pertumbuhan laba bersih pada 2020 sebesar 70-80 persen dibandingkan perolehan laba bersih pada 2019 sebesar Rp 33,2 miliar.
Pertumbuhan tersebut jauh di atas target sebelumnya yang diperkirakan hanya tumbuh 20 persen. Perseroan akan merilis laporan keuangan 2020 yang telah diaudit pada Februari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kontribusi Kinerja Perseroan
Pratoto mengungkapkan, pertumbuhan pendapatan yang tinggi tersebut disumbang oleh produk-produk baru perseroan seperti swab antigen test dan mesin USG yang baru mulai dipasarkan pada 2020.
Produk swab antigen test milik Abbott dengan merk Panbio tersebut mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total penjualan Perseroan.
"Salah satu kontributor penjualan perusahaan yang cukup signifikan di tahun 2020 adalah produk swab antigen test di kuartal ke lV 2020 sebesar 2,4 juta unit," ujar dia.
Proyeksi penjualan swab antigen test mencapai 5-19 juta unit pada 2021. "Padahal Januari 2021 saja sudah terjual 1,5 juta unit," ujar dia.
Untuk 2021, perseroan juga mempersiapkan transformasi dari model bisnis medical equipment supplier menjadi manufacturer dan innovator peralatan medis. Tujuannya, yakni memperbesar ruang inovasi bisnis dan memperkuat posisi perseroan saat ini.
"Tahun ini perseroan akan menargetkan memulai menjual produk baru dengan merk Avimac berupa imunomodulator untuk peningkatan imun tubuh yang dapat mendukung percepatan penanganan COVID-19 di indonesia, produk ini sudah di produksi di Australia dan saat ini sudah mendapat izin edar dari di BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sebagai suplemen,” ujar dia.
Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk Heru Firdausi Syarif mengatakan, pencapaian pada 2020 akan kembali dipertahankan bahkan ditargetkan bisa tumbuh lebih tinggi pada 2021.
"Tahun ini, kami menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih bisa mencapai 80 persen-100 persen. Kami optimis baik produk Non Elektromedik (Suntikan ADS) , maupun Produk Invitro seperti Swab Antigen Test, mesin plasma dan USG masih akan tumbuh bagus. Kami juga memiliki produk baru dalam portofolio produk kami yaitu Avimac yang akan mulai kami pasarkan tahun ini,” ujar Heru.
Advertisement
Penyuplai Jarum Suntik
Perseroan optimistis dalam beberapa tahun ke depan dapat menjaga ritme pertumbuhan. Salah satu dengan beroperasi penuh pabrik baru PT OneJect Indonesia (sister company) pada 2021 dengan total kapasitas mencapai 1,2 miliar jarum suntik sekali pakai (ADS) dan safety needle per tahun.
Perseroan akan menjadi penyuplai jarum suntik terbesar di ASEAN dengan target pasar secara global.
"Selain pertumbuhan organik, kami juga menyiapkan pertumbuhan inorganic yang mulai kami lakukan pada 2021, sebagai bagian rencana besar kami bertransformasi dari model bisnis medical equipment supplier menjadi manufacturer dan innovator peralatan medis. Transformasi tersebut akan membuka ruang inovasi yang besar bagi perseroan dan tentu menjadi modal kuat kami untuk menjaga ritme pertumbuhan tetap tinggi ke depannya,” kata dia.
Suspensi Saham
Pada Selasa, 12 Januari 2021, BEI juga menghentikan sementara perdagangan saham IRRA seiring peningkatan harga saham perseroan.
Selama periode 4-8 Januari 2021, saham IRRA melonjak 85 persen ke posisi Rp 2.960 per saham. Saham IRRA sempat berada di level tertinggi 2.960 dan terendah 1.610 per saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2 triliun dengan total frekuensi 185.225 kali.