Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mencapai level tertinggi 11 bulan menuju level USD 57 per barel pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Hal ini karena pasokan minyak yang lebih ketat dan ekspektasi penurunan persediaan minyak AS mengimbangi kekhawatiran atas meningkatnya kasus virus corona secara global.
Arab Saudi berencana untuk memangkas produksi dengan tambahan 1 juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret untuk menghentikan penumpukan persediaan. Laporan pasokan AS terbaru diperkirakan menunjukkan stok minyak mentah turun selama lima minggu berturut-turut.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Rabu (13/1/2021) harga minyak mentah Brent naik 80 sen atau 1,4 persen pada USD 56,44 per barel dan sebelumnya mencapai USD 56,75 tertinggi sejak Februari lalu. West Texas Intermediate (WTI) AS menetapkan 1,8 persen atau 96 sen, lebih tinggi pada USD 53,21 per barel.
“Arab Saudi khususnya memastikan melalui tambahan pengurangan produksi minyak secara sukarela bahwa pasar kekurangan pasokan jika ada,” kata Eugen Weinberg dari Commerzbank.
Pemotongan Saudi menjadi bagian dari kesepakatan yang dipimpin OPEC di mana sebagian besar produsen akan mempertahankan produksi minyaknya secara stabil pada Februari.
Pemotongan rekor oleh OPEC dan sekutunya pada 2020 membantu minyak pulih dari posisi terendah bersejarah pada bulan April. Beberapa analis melihat kemungkinan kenaikan lebih lanjut.
"Kami menyarankan investor dengan toleransi risiko tinggi untuk membeli Brent atau menjual risiko penurunan harga minyak," kata Giovanni Staunovo dari UBS dalam laporannya pada Selasa.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penurunan Stok Minyak AS
Harga minyak juga naik karena ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS. Analis memperkirakan persediaan minyak mentah turun 2,7 juta barel untuk penurunan minggu kelima berturut-turut.
Yang pertama dari dua laporan pasokan pekan ini, dari American Petroleum Institute, akan jatuh tempo pada 2130 GMT.
Prospek peningkatan stimulus ekonomi di Amerika Serikat memberikan dukungan lebih lanjut. Presiden terpilih Joe Biden, yang menjabat pada 20 Januari, telah menjanjikan triliunan dolar AS pengeluaran bantuan pandemi ekstra.
Kekhawatiran tentang permintaan karena meningkatnya kasus virus korona di seluruh dunia membatasi keuntungan.
Otoritas China memberlakukan pembatasan baru di daerah-daerah sekitar Beijing pada hari Selasa dan Jepang akan memperluas keadaan darurat di luar Tokyo.
Advertisement