Liputan6.com, Jakarta - Satu dampak usai menerima vaksin COVID-19 yang mungkin jarang dibahas adalah gejala psikosomatik. Yang bisa bikin orang tersebut cemas setelah disuntik vaksin Corona meski dia tidak kenapa-kenapa.
Hal tersebut diungkap Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Omni Hospital Alam Sutera, dr Andri SpKJ saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat pada Selasa, 12 Januari 2021.
Advertisement
Dokter yang aktif berbagi ilmu seputar kesehatan jiwa di Twitter pribadinya, @mbahndi, mengatakan, gejala psikosomatik jumlahnya banyak sekali. Bahkan, menurut Bradford Somatic Inventory ada lebih dari 40 gejala.
"Jadi, bisa saja orang yang disuntik vaksin COVID-19 ini cemas banget saat disuntik, maka dia bisa timbul gejala-gejala psikosomatik padahal bukan efek samping suntikan vaksin tersebut," kata Andri.
Belum lagi di sepanjang pandemi Virus Corona yang terjadi nyaris satu tahun, muncul rasa kurang percaya pada otoritas pemerintah serta paparan-paparan berita hoaks tentang vaksin COVID-19 yang merajalela.
"Kayak kita saja kurang percaya sama pasangan, ya kita enggak yakin apa yang dia berikan kepada kita itu yang terbaik," kata Andri.
Simak Video Berikut Ini
Dampak Berita Hoaks Vaksin COVID-19
Termasuk juga berita hoaks terkait vaksin COVID-19 yang tanpa sadar telah memengaruhi alam bawah sadar. Alhasil, rasa cemas tersebut akan timbul beberapa saat atau bahkan saat penyuntikan vaksin.
Padahal, Presiden Joko Widodo atau Jokowi siap jadi yang pertama menerima vaksin COVID-19 agar masyarakat percaya bahwa vaksin yang digunakan aman.
"Padahal, secara agama rasanya saya pernah baca, ada ayat yang membahas memercayai pemimpin," katanya.
"Kalau pemimpin salah, dia yang menanggung dosanya, kan? Kita kalau kenapa-kenapa, ya, memang takdir. Hidup mah berserah saja," Andri melanjutkan.
Advertisement
Masukan untuk Calon Penerima Vaksin COVID-19
Oleh sebab itu, Andri memberi masukan agar yang menerima vaksin COVID-19 adalah orang-orang yang benar-benar mau disuntik.
Agar 'after effect' vaksin bisa diteliti lebih baik dan tidak bias dengan gejala-gejala psikosomatik yang sebenarnya tidak didasarkan pada kelainan organ keluhan, tapi lebih karena aktivitas saraf otonom berlebihan.
"Kalau tidak dianggap serius, gejala psikosomatik yang timbul akibat penyunikan vaksin COVID-19 bisa membuat orang yang divaksin bicara banyak di media sosial, dan bisa menakuti orang lain untuk divaksin," kata Andri.
"Apalagi yang mengalaminya tokoh publik atau influencer, bisa berabe program vaksinasi pemerintah," ujar pria yang memiliki moto Ikhlas, Sabar, Sadar.