Imbas Kebijakan Privasi WhatsApp, Pengguna Telegram Tembus 500 Juta

Gara-gara WhatsApp memberlakukan update kebijakan privasi, banyak penggunanya yang mencoba dan berpindah ke aplikasi pesan baru salah satunya Telegram.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 13 Jan 2021, 18:56 WIB
Telegram versi web diblokir. (Doc: TechCrunch)

Liputan6.com, Jakarta - Telegram mengumumkan jumlah pengguna aktifnya kini mencapai angka 500 juta akun. Hal ini seiring peningkatan jumlah pengguna, setelah WhatsApp memperbarui kebijakan privasi WhatsApp

Dalam pesan di saluran Telegram, penambahan jumlah pengguna ini paling banyak terjadi selama 72 jam terakhir alias tiga hari ini.

"Dalam 72 jam terakhir saja, lebih dari 25 juta pengguna baru dari seluruh dunia bergabung dengan Telegram," tulis Telegram, dikutip Rabu (13/1/2021).

Sementara itu, CEO sekaligus pendiri Telegram Pavel Durov mengatakan, para pengguna baru Telegram ini 38 persen berasal dari Asia, 27 persen dari Eropa, 21 persen dari Amerika Latin, dan 8 persen dari Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).

"Ini adalah penambahan yang signifikan dibandingkan dengan tahun lalu, di mana tahun lalu 1,5 juta orang bergabung tiap harinya," kata Durov melalui saluran Durov's Channel di Telegram.

Lebih lanjut dia mengatakan, ini adalah pertama kalinya jumlah unduhan begitu meningkat selama 7 tahun Telegram berkomitmen menjaga privasi pengguna.

"Orang tidak perlu menukar privasi mereka untuk layanan gratis. Mereka tidak perlu disandera monopoli teknologi yang tampaknya berpikir bahwa mereka bisa melakukan apa saja selama aplikasi mereka punya banyak pengguna," kata Durov, seolah menyindir layanan Facebook.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Bos Telegram Janji Tak Akan Kecewakan Pengguna

Bos Telegram, Pavel Durov menyambangi kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Selasa (1/8/2017). (Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar)

Telegram, kata Durov, menjadi tempat perlindungan terbesar bagi pengguna yang mencari platform komunikasi yang berkomitmen pada privasi dan keamanan.

"Kami bertanggung jawab dengan serius. Kami tidak akan mengecewakan Anda," ujar Durov berjanji.

Telegram pun mengucapkan terima kasih atas capaian ini, terutama bagi para pengguna lama yang telah mengundang teman-temannya untuk gabung dengan Telegram.

"Jika ada kontak baru yang bergabung dengan Telegram dalam beberapa hari terakhir, kamu bisa menyambutnya dengan salah satu fitur unik, seperti stiker animasi atau pesan video," kata Telegram.


Melonjak Gara-Gara Update Kebijakan Privasi WhatsApp

WhatsApp Paksa Pengguna untuk Berbagi Data dengan Facebook. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Bisa dibilang, lonjakan jumlah pengguna Telegram ini merupakan imbas dari kebijakan privasi baru WhatsApp. Di mana, dalam update tersebut pengguna 'dipaksa' untuk menyetujui integrasi antara data WhatsApp dengan Facebook.

Karena integrasi dengan Facebook dianggap akan membuat pengguna kehilangan privasi hingga munculnya makin banyak iklan tertarget, banyak pengguna WhatsApp yang mulai menjajal aplikasi pesan seperti Telegram atau Signal.

Dua aplikasi pesan ini paling banyak mendapatkan keuntungan dari update kebijakan privasi WhatsApp. Layanan Signal malah sempat mengalami gangguan gara-gara banyaknya pengguna baru yang bergabung.

Belakangan WhatsApp menyebut, update kebijakan privasi barunya ini hanya berpengaruh ke akun WhatsApp Business. Sementara, pengguna personal tidak terdampak apa pun dan tetap bisa mengirim pesan dilindungi enkripsi end-to-end.

(Tin/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya