Liputan6.com, Jakarta Remaja dengan Down syndrome mengalami masa perkembangan seksual atau pubertas yang cenderung sama dengan remaja lainnya.
Hal yang membedakan keduanya adalah tingkat intelektual dan pemahaman terhadap perkembangan seksual. Penyandang Down syndrome cenderung lebih lambat dalam mempelajari batasan-batasan seksual ketimbang remaja non disabilitas.
Advertisement
Menurut peneliti dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, Asri Dzikrina Istighfaroh, Suci Murti Karini, dan Arif Tri Setyanto, masa pubertas pada Down syndrome membawa tantangan tersendiri bagi para orangtua dan pengasuh.
Bagi orangtua atau pengasuh, munculnya perilaku-perilaku seksual pada anak Down syndrome menyebabkan ketakutan dan kegelisahan jika keterbatasan kognitif yang dimiliki anak dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
“Beberapa hal yang tidak diinginkan contohnya kehamilan yang tidak diinginkan, kekerasan dan eksploitasi seksual, hingga penyakit menular seksual,” tulis peneliti dalam jurnal Gambaran Seksualitas Pada Remaja Down Syndrome Di SLB PGRI Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo dikutip Rabu (13/1/2021).
Peneliti menambahkan, peristiwa di mana remaja Down syndrome melakukan pelecehan atau dilecehkan secara seksual juga pernah terjadi di Indonesia.
Berdasarkan wawancara dengan dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret dan pemerhati Down syndrome pada 13 Juni 2015, didapatkan informasi bahwa seorang siswi Down syndrome di sebuah SLB negeri di Surakarta pernah mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh tukang batu.
Sementara itu salah satu SLB di Jakarta pernah memiliki siswa remaja Down syndrome yang mempunyai kebiasaan masturbasi sebelum belajar.
Simak Video Berikut Ini:
Akibat Kurangnya Pemahaman
Kurangnya pemahaman mengenai seksualitas menjadi salah satu faktor yang menyebabkan remaja Down syndrome kurang dapat mengontrol perasaan dan emosinya saat sedang memiliki gairah seksual.
Selain itu minimnya pemahaman akan seksualitas membuat remaja Down syndrome rentan mengalami pelecehan seksual dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Peneliti juga melakukan wawancara awal dengan beberapa pengajar di SLB PGRI Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo. Dari wawancara tersebut didapatkan informasi bahwa memang isu seksualitas menjadi salah satu masalah serta tantangan yang dihadapi pengajar, orangtua, maupun siswa Down syndrome.
Masalah yang berkaitan dengan seksualitas yang cukup sering ditemukan adalah perihal kebersihan diri. Ada murid Down syndrome yang belum memahami menstruasi dan belum bisa menjaga kebersihan diri dengan benar ketika menstruasi sehingga guru harus turun tangan membersihkan keadaan siswi tersebut.
Advertisement