Saat Program Vaksinasi COVID-19 Bikin Saham Emiten Farmasi Jadi Primadona

Pada penutupan perdagangan Selasa, 12 Desember 2021, tercatat mayoritas saham emiten farmasi masih bertahan di zona hijau.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Jan 2021, 12:27 WIB
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten farmasi tercatat terus melejit seiring dengan euforia vaksinasi COVID-19 di Indonesia.

Pada penutupan perdagangan Selasa, 12 Desember 2021, tercatat mayoritas saham emiten farmasi masih bertahan di zona hijau, dengan penguatan dipimpin oleh saham PT Indofarma Tbk. (INAF) yang berhasil naik 11,6 persen. 

Menyusul, saham PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) naik 10,45 persen, dan saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 8,14 persen. Selain itu, saham PT Soho Global Health Tbk (SOHO) juga naik 6,44 persen, saham PT Phapros Tbk (PEHA) 6,02 persen, dan saham PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) naik 3,02 persen.

Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, euforia penyelenggaraan vaksinasi COVID-19  ini disikapi positif oleh para pelaku pasar. Oleh karena itu, emiten-emiten di sektor farmasi mengalami apresiasi.

"Optimisme terhadap recovery perekonomian baik domestik maupun global disikapi positif oleh para pelaku pasar,” ujar Nafan kepada Liputan6.com, Rabu (13/1/2021).

Seiring dengan potensi membaiknya kinerja emiten di sektor farmasi, Nafan menuturkan, ke depan investor akan mendapatkan keuntungan dari dividen. Adapun secara kinerja perusahaan, kapitalisasi pasar, serta likuiditas maupun volatilitas pergerakan harga saham, Nafan menyebutkan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) lebih diminati. 

"Dalam hal improvisasi kinerja fundamental, selain KLBF, INAF dan KAEF juga potensial,” ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Melihat Strategi Perseroan

Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dihubungi secara terpisah, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan, meroketnya saham farmasi ini merupakan respons pasar atas pemberitaan soal vaksinasi covid-19. Kedepannya, Reza menilai fluktuasi saham emiten farmasi ini akan tergantung dengan pemberitaan yang akan muncul.

"Untuk short term, selama masih ada pemberitaan terkait dengan vaksin dan sebagainya, maka dapat dimanfaatkan untuk trading,” kata dia.

Adapun untuk jangka panjangnya, Reza mengatakan, harus melihat lagi strategi dan realisasi dari manajemen, serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan perseroan.

Sementara itu, pengamat pasar modal Hans Kwee menilai, valuasi saham emiten farmasi sudah mahal. Pelaku pasar dinilai sudah menanti program vaksinasi COVID-19, dan direalisasikan pada Rabu, 13 Januari 2021. “Pelaku pasar akan sell by news. Valuasinya juga sudah agak mahal, saya tidak rekomendasikan,” tutur dia.

Namun, pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu, 13 Januari 2021, saham emiten farmasi melemah antara lain saham PT Tempo Scan Pacific Tbk susut 6,83 persen ke posisi Rp 1.910 per saham, saham PT Phapros Tbk (PEHA) merosot 6,82 persen ke posisi Rp 2.460 per saham, saham PT Indofarma Tbk (INAF) tergelincir 6,81 persen ke posisi Rp 6.800, saham PT Kimia Farma Tbk turun 6,81 persen ke posisi Rp 6.500 per saham.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya