Jangan Kesiangan, Nanti Kehabisan Martabak Legendaris Pak Nai

Pandemi Covid-19 rupanya tak menghalangi pelanggan untuk berburu martabak yang dijual kakek berusia 76 tahun ini.

oleh Liputan6.comNovia Harlina diperbarui 15 Jan 2021, 06:00 WIB
Martabak Pak Nai yang legendaris di Kota Payakumbuh. (Delfina Mei Liza)

Liputan6.com, Payakumbuh - Aroma harum yang menyeruak memaksa kaki berhenti ketika melintasi Jalan Sudirman Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Aroma itu berasal dari tungku berisi adonan martabak yang tengah disiapkan seorang kakek. Harumnya sangat menggoda, membuat orang yang lewat tak kuasa menahan diri untuk singgah dan segera mencicipi martabak itu.

Kakek itu bernama Muhammad Annas atau biasa dipanggil Pak Nai. Dia kini menginjak usia 76 tahun. Setiap hari, mulai pukul 08.00 WIB Pak Nai sudah mulai berjualan dengan gerobak biru. Hampir 47 tahun Pak Nai setia berjualan penganan ringan itu.

Martabaknya laris manis, karena mungkin bukan saja karena rasanya yang enak, melainkan juga harganya yang ramah kantong, yakni hanya Rp3.000 per potong. Dia selalu pulang dengan adonan martabak yang kandas diburu pembeli yang sudah menjadi pelanggannya sejak lama.

Bahkan, tak sedikit pelanggannya yang kecewa karena kehabisan.

Martabak tipis dengan toping mentega, gula, meses, dan parutan kelapa khas Pak Nai ini, selalu habis sebelum pukul 12.30 WIB setiap harinya.

"Paling lama saya pulang itu jam 12.30 WIB, walaupun dagangan jadul tapi penikmatnya cukup banyak," kata Pak Nai.

Pandemi Covid-19 rupanya tak menghalangi pelanggan untuk berburu martabak yang dijual Pak Nai.

"Setiap harinya, saya habiskan 6 kilogram tepung terigu untuk adonan martabak," ujarnya.

Sebelumnya, Pak Nai berjualan di sekolah-sekolah, kemudian 18 tahun terakhir Pak Nai mangkal di tempat jualannya sekarang, di Jalan Sudirman Kota Payakumbuh.

 

Penulis: Delfina Mei Liza / Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi STISIP, Persada Bunda.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya