Liputan6.com, Sikka - Hama ulat grayak kembali menyerang tanaman jagung di Desa Watumilok, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berbeda dengan tahun sebelumnya, serangan hama ulat grayak diakibatkan oleh rendahnya intensitas hujan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar petani jagung di Kabupaten Sikka mengalami gagal panen.
Pantauan media Liputan6.com, Rabu (13/1/2021) siang tampak seorang petani bersama anaknya sedang mencari ulat grayak yang ada di pujuk jagung. Ada yang dia temukan sudah dalam keadaan mati, tapi ada juga yang masih hidup.
Baca Juga
Advertisement
Jagung lokal seluas hampir 1 setengah hektare ini ditanam petani sejak 23 November 2020 lalu. Tingginya sudah mencapai 1 meter lebih, sudah kelihatan bakal buah.
Ulat grayak menyerang tanaman jagung milik petani Kecamatan Kangae, bukan hanya satu tempat, hampir belasan hektare tanaman jagung di wilayah kecamatan Kangae diserang ulat grayak.
Kristoforus Gaseng, salah seorang petani yang ditemui saat membasmi hama ulat grayak, di Desa Watumilok, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Rabu (13/1/2021), mengatakan, hama ulat grayak sudah 1 bulan ini menyerang tanaman jagungnya dan jagung milik warga sekitar.
"Sudah 1 bulan ini ulat grayak makan pucuk daun dan tunas," ungkap laki-laki berusia 68 tahun itu di tengah hamparan kebun jagung miliknya.
Awalnya dia mengaku pasrah saja dengan kondisi ini. Setiap pagi dia mendatangi kebun jagung untuk mencari ulat grayak, lalu kemudian dimatikan.
Namun, aktivitas membasmi ulat grayak ini membuat dia lelah sendiri. Apalagi kebun jagungnya seluas hampir 1 setengah hektare.
Kristoforus Gaseng akhirnya berinisiatif membeli obat-obatan untuk disemprot ke semua tanaman jagung.
"Anak saya sudah beli obat semprot, rencananya pagi tadi mau semprot, tapi tidak jadi. Nanti besok pagi saja," sebutnya.
Namun, dengan serangan hama ulat grayak, Kristoforus Gaseng memastikan hasil panen musim ini bakal berkurang jauh. Kondisi ini, kata dia, sangat memengaruhi tuntutan kebutuhan hidup, apalagi di tengah pandemi Covid-19.
"Kalau sudah seperti ini, dirinya khawatir terancam gagal panen, sebab biji jagung tidak padat dan hasilnya sangat sedikit," dia mengatakan.
Kristoforus mengharapkan pemerintah setempat bisa membantu menyediakan obat penyemprotan hama ulat grayak.