Ekonomi Mulai Pulih, Saatnya Lirik Investasi Saham dan Obligasi?

Pemulihan ekonomi pada 2021 akan membuka peluang bagi penguatan di pasar saham, dan stabilitas serta imbal hasil pasar obligasi.

oleh Andina Librianty diperbarui 14 Jan 2021, 15:10 WIB
Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pemulihan ekonomi pada tahun ini akan membuka peluang bagi penguatan di pasar saham, dan stabilitas serta imbal hasil pasar obligasi juga masih terus menarik. Kondisi tahun ini akan kondusif untuk dua kelas aset tersebut.

Chief Economist & Investment Strategist MIMA, Katarina Setiawan, mengatakan pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja -5,1 persen pada 2020. Namun untuk tahun ini, kinerjanya akan ditopang kenaikan laba korporasi yang jauh lebih baik daripada tahun lalu.

"Konsensus memperkirakan tahun ini kenaikan laba perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa efek itu akan sekitar 20 sampai 30 persen lebih. Ini akan menopang kenaikan harga sahamnya juga," jelas Katarina dalam konferensi pers pada Kamis (14/1/2021).

Kendati demikian, ia mengingatkan agar obligasi tidak ditinggalkan. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat dengan tajam, maka return pasar obligasi akan lebih stabil.

"Jadi keduanya harus ada di dalam portofolio kita, dan kita bandingkan dengan profil risiko kita. Apakah lebih moderat atau agresif," jelas Katarina.

"Saham naik secara siginfikan, dan obligasi akan stabil sepanjang tahun. Mungkin di kuartal terakhir akan lebih moderat return-nya untuk obligasi," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Katarina mengatakan, ada satu hal krusial yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi di dunia, termasuk Indonesia yaitu penanganan pandemi dan vaksinasi. Mitigasi pandemi akan meningkatkan sentimen investor dan menggerakkan aktivitas ekonomi, sehingga dapat menopang pertumuhan ekonomi.

"Pemulihan ekonomi harus ditopang oleh ketersediaan vaksin, dan pelonggaran pembatasan sosial global yang mendukung normalisasi aktivitas ekonomi. Potensi membaiknya perdagangan global pada tahun ini dapat menguntungkan kawasan Asia sebagai 'pabrik dunia'," kata Katarina.

Selain mitigasi pandemi, ada sejumlah faktor pendukung lain untuk pertumbuhan ekonomi domestik pada 2021 termasuk kebijakan akomodatif dari Bank Indonesia dan bank sentral lainnya,sehingga suku bunga diperkirakan tetap rendah.

Selain itu, MAMI memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil pada 2021 yang didukung beberapa faktor seperti dolar yang cenderung lemah karena kebijakan akomodatif The Fed dan pemerintah AS.

Sementara itu, implementasi omnibus law akan menjadi katalis penting yang harus dicermati dengan dimulainya siklus investasi di Indonesia. Omnibus law disebut berpotensi mengubah Indonesia menjadi salah satu hub rantai pasokan Asia, dan diharapkan dapat menangkap kesempatan relokasi perusahaan dalam upaya mendorong penciptaan lapangan kerja di dalam negeri.

"Faktor-faktor ini sangat mendukung kedua kelas aset, baik saham maupun obligasi," tutur Katarina

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya