Liputan6.com, Jakarta Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada hari ini, Kamis (14/1/2021). Ulama yang terlahir di Madinah, Arab Saudi 3 Februari 1976 silam tersebut diketahui sangat mencintai penyandang disabilitas. Ia bahkan menggalang dana untuk bisa memproduksi Al-Qur'an Braille untuk penyandang tunanetra.
Salah seorang pria yang pernah bekerjasama dengan Syekh Ali Jaber terkait pembuatan Al-qur'an tersebut dalam beberapa kesempatan adalah Aldo. Ia sangat ingat kala itu 2015 akhir bertemu Syekh Ali Jaber.
Advertisement
"Beliau itu sangat mencintai tunanetra. Ketika itu dia ingin semua muslim tunanetra di Indonesia bisa membaca Al-qur'an," ujar Aldo yang dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/1/2021).
Menurut Aldo, Syekh Ali Jaber mengetahui betul bahwa kala itu ada 3,5 juta penyandang tunanetra di Indonesia. Meski desainnya simpel, namun ternyata teknologi braille masih sulit dan mahal di Indonesia sehingga produksinya dilakukan di Malaysia.
"Demi cintanya pada Indonesia, beliau akhirnya membuatnya di Malaysia. Saat itu nilainya 1 Al-Qur'an itu 100 dollar. Kalau dirupiahkan sekitar 1,4 juta," katanya.
Aldo menuturkan uang untuk pembuatan Al-quran ini ia kumpulkan dari sejumlah donasi atau dakwah yang dilakukan Syekh Ali Jaber. Misalnya, acara pengajian, event-event besar seperti konser Maher Zein bahkan event kecil sekali pun selalu ia sisihkan uang untuk tetap memproduksi Al-Qur'an ini.
Meski tak lagi bekerjasama dengan Syekh Ali Jaber, namun menurut Aldo ada banyak sekali yang ia lihat kebiasaan baik almarhum terkait kecintaannya pada tunanetra.
"Setiap ceramah, ia selalu membawa Al-Qur'an Braille itu dan dibagikannya ke tunanetra. Lalu setiap bertemu, dituntunnya tunanetra itu hingga disalami dicium tangannya. Bahkan ketika launching Al-Qur'an itu pertama kali pada Mei 2017 silam, ia mengundang imam mesjid Mekkah untuk sama-sama memberikan Al-Qur'an braille pada puluhan tunanetra," katanya.
Simak Video Berikut Ini:
Pesan yang masih diingat
Banyak ajaran-ajaran Syekh Ali Jaber yang masih diingat oleh Aldo. Salah satunya adalah pengucapan Alhamdulillah yang sering diamalkan saat kita bersyukur. Menurutnya, Alhamdulillah perlu diucapkan juga saat kita sakit.
"Saya ingat, dia mengajarkan saya dan masih saya amalkan sampai hari ini. Kata Syekh, jangan kamu mengucapkan Alhamdulillah hanya ketika senang. Ucapkan Alhamdulillah saat beban berat, kesakitan, dalam keadaan apapun saat pahit ucapkan Alhamdulillah. karena dengan begitu kita jauh akan bersyukur. Jadi bukan istigfar," ucapnya.
Advertisement