Bagaimana Cara Kerja Vaksin Sinovac dalam Membentuk Kekebalan Tubuh Manusia?

Setelah pengumuman keefektifan vaksin COVID-19 menjadi 50,4% dari Sinovac, perusahaan farmasi di China, kita perlu tahu bagaimana kerja vaksin ini.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 15 Jan 2021, 07:23 WIB
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech Ltd. di Puskesmas Cilincing, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Pemprov DKI akan menggelar vaksinasi di 453 fasilitas kesehatan DKI Jakarta dengan jumlah dosis vaksin yang sudah diterima sebanyak 39.200 vaksin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah pengumuman efektivitas vaksin Sinovac yang mencapai 50,4 persen di Brasil, kita perlu tahu bagaimana kerja vaksin ini.

Vaksin COVID-19 yang diberi nama CoronaVac itu mencapai ambang batas minimum yang ditetapkan oleh banyak badan pengatur yang mengesahkan vaksin, seperti BPOM. CoronaVac bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan untuk membuat antibodi melawan virus corona SARS-CoV-2 dengan cara antibodi dibuat menempel pada protein virus, yang kita kenal dengan sebutan spike protein (mirip paku) yang menutupi permukaan virus corona.

Untuk membuat CoronaVac, para peneliti Sinovac memulai dengan mengambil sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Satu sampel dari China akhirnya menjadi dasar pembuatan vaksin.

Setelah mendapat satu sampel yang dirasa cocok tersebut, seperti dikutip NyTimes, peneliti tidak langsung memasukkan ke tubuh manusia, melainkan dilakukan uji coba terlebih dahulu pada hewan, yang diketahui mereka memasukkannya ke sel ginjal monyet. Lalu, mereka menyiram virus dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton. Senyawa tersebut menonaktifkan virus corona dengan terikat pada gennya. Virus Corona yang tidak aktif tidak bisa lagi bereplikasi. Tetapi protein mereka, termasuk spike proteinnya, masih utuh.

Setelah mendapatkan virus yang tidak aktif, kemudian mereka mencampurkannya dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Adjuvan merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.

Metode ini telah digunakan selama lebih dari satu abad sejak Jonas Salk menggunakannya untuk membuat vaksin polio di tahun 1950-an. Itu lantas menjadi dasar untuk vaksin melawan penyakit lain termasuk rabies dan hepatitis A.

Karena CoronaVac mengandung virus yang telah dimatikan, sehingga mereka bisa dimasukkan ke tubuh tanpa menyebabkan COVID-19. Justru virus yang sudah mati ini, di dalam tubuh seolah ditelan oleh sel kekebalan yang kita sebut dengan sel pembawa antigen.

Lalu jika digambarkan, yang terjadi berikutnya pada virus yang telah mati tersebut adalah diacak oleh sel pembawa antigen dan melepas beberapa fragmennya di permukaan sel. Supaya ketika sel T pembantu mendeteksi fragmen tersebut, sel T tersebut menjadi aktif dan membantu merekrut sel kekebalan lain hingga terbentuk kekebalan yang dalam jangka waktu vaksin efektif, dapat mengenali virus corona yang masuk dan telah siap menyerangnya.

 

Simak Video Berikut Ini:


Antibodi

Vaksin Sinovac yang disuntikkan kepada perwakilan tokoh publik dan tenaga kesehatan di Riau. (Liputan6.com/Diskominfo Riau)

Sel B, sel kekebalan lainnya juga dapat menghadapi virus corona yang tidak aktif. Sel B memiliki protein permukaan dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk yang tepat untuk menempel pada virus corona seperti kunci yang cocok pada gemboknya. Ketika sel B berhasil mempelajari virus, ia dapat menarik sebagian atau seluruh virus ke dalamnya dan menampilkan fragmen virus corona di permukaannya.

Sel T pembantu yang diaktifkan melawan virus corona dapat menempel pada fragmen yang sama. Ketika itu terjadi, sel B juga diaktifkan. Ia berkembang biak dan mengeluarkan antibodi yang memiliki bentuk yang sama dengan protein permukaannya.

Itu artinya, dengan menyuntikkan virus yang telah mati, sistem kekebalan dapat merespons infeksi virus corona hidup dan sel B menghasilkan antibodi yang menempel pada virus yang hidup. Antibodi tersebut menargetkan spike protein sehingga dapat mencegah virus memasuki sel. Adapun jenis antibodi lainnya dapat memblokir virus dengan cara lain.

Durasi perlindungan dari CoronaVac

Meskipun telah memenuhi syarat untuk menawarkan perlindungan terhadap COVID-19, sayangnya belum ada data terkait berapa lama perlindungan yang diberikan dapat bertahan. Mungkin saja tingkat antibodi turun selama beberapa bulan. Tetapi sistem kekebalan juga mengandung sel khusus yang disebut sel B memori yang mungkin menyimpan informasi tentang virus corona selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

Perjalanan uji coba yang dilakukan Sinovac

Juni: Pada uji coba CoronaVac tahap 1/2 pada 743 sukarelawan tidak menemukan efek samping yang parah.

Juli: mereka meluncurkan uji coba tahap 3 di Brasil, diikuti oleh negara lain termasuk Indonesia dan Turki.

Pemerintah China memberikan persetujuan darurat vaksin Sinovac untuk penggunaan terbatas, dikutip dari Reuters.

Oktober: Pihak berwenang di kota Jiaxing, China timur, mengumumkan bahwa mereka memberikan CoronaVac kepada orang-orang yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi, termasuk pekerja medis, inspektur pelabuhan dan petugas layanan publik.

19 Oktober: Para pejabat di Brasil mengatakan bahwa Sinovac adalah yang paling aman dari lima vaksin yang mereka uji dalam uji coba Tahap 3.

November: Sinovac menerbitkan rincian uji coba Fase 1/2 di jurnal medis, menunjukkan produksi antibodi yang relatif sederhana. Hanya uji coba Fase 3 yang akan menunjukkan apakah itu cukup untuk melindungi orang-orang dari COVID-19.

19 November: Pemerintah Brasil mengumumkan bahwa mereka menghentikan uji coba Sinovac, karena kejadian yang merugikan. Rincian jeda itu tidak jelas, menimbulkan kecurigaan ada keterlibatan politik. Dua hari setelah pengumuman tersebut, persidangan mengizinkan untuk dilanjutkan. Uji coba di Brasil atas dasar merupakan negara dengan banyak kasus COVID-19 yang memungkinkan peneliti menentukan kemanjuran Sinovac. Mereka berharap untuk merilis hasil mereka pada 23 Desember.

Desember: Sinovac mengatakan akan memproduksi 300 juta dosis pada tahun 2020 dan meningkatkan kapasitas ke produksi tahunan 600 juta dosis.

23 Desember: Peneliti Brasil mengumumkan bahwa CoronaVac memiliki kemanjuran lebih dari 50 persen.

24 Desember: Pejabat Turki mengumumkan bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat kemanjuran 91,25 persen.

7 Januari 2021: Peneliti di Brazil mengumumkan bahwa CoronaVac memiliki kemanjuran 78 persen. Tak satu pun dari sukarelawan yang divaksinasi dalam percobaan Tahap 3 yang mengembangkan kasus COVID-19 yang parah atau sedang. Tetapi perkiraan kemanjuran didasarkan pada kinerja vaksin dalam subkelompok sukarelawan. Khasiat keseluruhan tidak dirilis secara resmi.

11 Januari: Indonesia mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat.

13 Januari: Para peneliti di Brasil mengumumkan bahwa CoronaVac memiliki efektivitas keseluruhan lebih dari 50 persen. Turki mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat.


Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal

Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya