Liputan6.com, Jakarta - Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuka kanal Telegram. Hal ini diketahui langsung dari pengumuman pendiri Telegram, Pavel Durov, di kanal pribadinya.
"Sejak tulisan terakhir saya [di kanal Telegram], pengguna baru Telegram meningkat besar-besaran dengan cepat. Kita mungkin sedang menyaksikan migrasi digital terbesar dalam sejarah manusia," tutur Durov, Kamis (14/1/2021).
Kanal Telegram Jair Bolsonaro dan Erdogan masing-masing beralamat di @jairbolsonarobrasil dan @RTErdogan.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka bergabung dengan daftar kepala negara lain yang sudah hadir di Telegram," ujar Durov.
Berikut ini kepala negara lainnya yang telah memiliki kanal Telegram resmi:
- Presiden Meksiko - @PresidenteAMLO
- Presiden Prancis - @emmanuelmacron
- Perdana Menteri Singapura - @leehsienloong
- Presiden Ukraina - @V_Zelenskiy_official
- Presiden Uzbekistan - @shmirziyoyev
- Presiden Taiwan - @iingtw
- Perdana Menteri Israel - @bnetanyahu
Durov mengingatkan bahwa kanal-kanal di atas telah terverifikasi dengan tanda centang biru.
"Kami merasa terhormat bahwa para pemimpin politik, serta banyak organisasi publik, mengandalkan Telegram untuk memerangi misinformasi dan menyebarkan kesadaran tentang isu-isu penting," tutur pria kelahiran Lenningrad tersebut.
Pengguna Baru Telegram Naik 25 juta dalam 72 Jam
Awal tahun menjadi ajang yang penting bagi ranah media sosial. Setelah WhatsApp mengeluarkan kebijakan privasi baru bagi pengguna, dan Signal yang melesat cukup cepat, kini giliran Telegram.
CEO Telegram, Pavel Durov menyebut aplikasinya itu memperoleh 25 juta pengguna baru dalam 72 jam terakhir. Selain itu, Telegram juga melampaui 500 juta pengguna aktif bulanan. Sebagai perbandingan, rata-rata aplikasi ini memiliki 1,5 juta pengguna baru per hari pada 2020.
“Ini kembali pada kebijakan privasi dan keamanan perusahaan yang sederhana, diatas semuanya,” kara Durov, seperti dikutip dari AndroidPolice, Rabu (13/1/2021).
Advertisement
Daerah asal pengguna
25 juta pengguna baru Telegram terbanyak berasal dari Asia dengan 38 persen. Disusul Eropa dan Amerika Latin dengan masing-masing 27 persen dan 21 persen. Serta pengguna baru dari kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara sebanyak 8 persen.
Dengan peningkatan tersebut, kemungkinan ada pengguna aplikasi sayap kanan, di mana pengguna Parler migrasi ke Telegram.
Ada rumor penggguna Parler mencari aplikasi perpesanan terenkripsi untuk mencari platform yang lebih privat