Liputan6.com, Ende - Theofilus Lau Ura merupakan salah satu korban dari kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Korban Theofilus Lau Ura bersama calon istrinya dikabarkan terbang dengan pesawat Sriwijaya Air dengan tujuan Jakarta-Pontianak menggunakan identitas KTP orang lain.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum terbang menuju ke Pontianak, pria kelahiran 5 Maret 1998 itu dua kali video call dengan ibu kandungnya di Desa Pora, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ibu kandung korban bernama Dementria Ledefita Eta. Kepada Liputan6.com, dia menceritakan, tanggal 9 Januari 2021, anaknya menghubunginya lewat video call dari sebuah penginapan di Jakarta sebelum berangkat menuju ke bandara.
"Namun karena masih pagi dan gelap, anaknya pun akhirnya mematikan percakapannya," dia menuturkan, Senin 11 Januari 2020.
Setibanya di bandara, anaknya kembali menghubungi dirinya melalui video call. Namun ia menyampaikan kepada anaknya bahwa kondisi gambar korban di ponsel masih gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WITA.
”Dua kali anak saya hubungi video call sebelum ke bandara,” papar dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Ibu Pingsan
Kemudian, pada pukul 18.30 WITA, ia mencoba menghubungi anaknya kembali. Namun nomornya tidak aktif.
“Tiba-tiba anak saya yang adalah adik almarhum Theo datang ke rumah dengan berlari dan sampaikan ke saya bahwa pesawat yang ditumpangi kakaknya mengalami kecelakaan di Kepulauan Seribu. Mendengar adiknya omong itu, saya pun langsung jatuh pingsan,” katannya. Dia berharap anaknya bisa ditemukan dalam kondisi apapun dalam kecelakaan pesawat Sriwijaya Air itu.
Sementara itu, Donatus Baru dari perwakilan keluarga menceritakan sudah dua tahun korban meninggalkan kampung halamannya yang ada di Desa Pora, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende.
Ia mengaku selama ini korban tinggal bersama pamannya di Jakarta. Di Jakarta, korban bekerja serabutan untuk membantu ibunya untuk membiayai pendidikan adiknya yang sekarang sedang mengenyam pendidikan SMA di Kabupaten Sikka. Mengingat, ayahnya merantau ke Malaysia sejak 2001 sampai hari ini tanpa kabar.
Ketika dilanda pandemi Covid-19, korban terpaksa dirumahkan oleh tempat ia bekerja. Dengan kondisi itu, Theo sempat menelepon ibu kandungnya bahwa dirinya hendak menuju ke Pontianak untuk mencari pekerjaan yang baru.
”Korban ke Pontianak menggunakan pesawat Sriwijaya Air dengan identitas KTP milik saudara Felix Wenggo, yang tinggal di Kabupaten Nagekeo. Kami harap jenazahnya bisa ditemukan dan dimakamkan di Desa Pora ini,” Donatus Baru berharap.
Advertisement