Liputan6.com, Jakarta - Hampir satu tahun kita hidup di tengah pandemi. Saat ini para tenaga kesehatan (nakes) mulai divaksinasi COVID-19, hingga kemudian akan menyusul kelompok masyarakat yang menjadi prioritas divaksin.
Namun, sejak awal prosesnya, muncul banyak pertanyaan di benak sebagian besar orang mengenai tujuan, manfaat, hingga peranan vaksin COVID-19 dalam menangani pandemi.
Advertisement
Lalu bagaimanakah sebenarnya vaksin COVID-19 itu apa benar bisa efektif memutus penyebaran? Dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang, Banten, Dr dr Benyamin Lukito SpPD mengatakan, vaksinasi sebetulnya adalah cara untuk mencegah suatu penyakit menyerang tubuh seseorang.
"Sebab, dengan vaksinasi akan membuat tubuh menghasilkan antibodi yang berfungsi mencegah apabila ada virus yang masuk sehingga tubuh menjadi tidak sakit. Apabila vaksinasi dilaksanakan pada banyak orang, penyakit yang dimaksud tersebut diharapkan akan punah," tutur Benyamin, Jumat (15/1/2021).
Hal ini seperti sebenarnya sudah pernah terjadi di masa lalu, banyak contoh kasus penyakit yang telah punah karena hadirnya vaksin.
“Contohnya saja, penyakit cacar, bukan cacar air. Penyakit ini sudah tidak dijumpai lagi saat ini dan hanya ada dalam textbook saja. Untuk itu, kita berharap dengan cara demikian juga bisa mengatasi masalah yang tengah dihadapi seluruh dunia, yaitu Covid-19,” ungkapnya.
Benyamin mengatakan orang membuat vaksin dengan berbagai macam cara, dan terdapat teknik yang baku dan sudah lama terjadi, yaitu dengan mematikan virus tersebut. Ketika virus itu mati, kemudian partikel-partikel dari virus tersebut, terutama adalah dari protein-protein yang hancur.
Kemudian salah satu protein S atau Spike yang gambarnya ada tonjolan ini akan dimasukkan ke dalam dan membajak sel sel tubuh dengan memanfaatkan materi di dalam sel tersebut merusak ke seluruh tubuh. Dengan cara menyuntikan protein yang sudah mati virusnya itu, tubuh akan membentuk antibodi dengan sendirinya.
“Antobodi ini yang penting akan membuat tubuh kita kebal, kekebalan ini dibutuhkan untuk mengatasi jangan sampai ada virus yang hidup dan masuk dalam tubuh, jika ada virus langsung diserang oleh antibodi, sehingga tidak jadi sakit dan tetap sehat,” paparnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Siapa yang Dapat Vaksin?
Benyamin menyebutkan pada prinsipnya vaksinasi bisa diberikan pada semua orang. Hanya ada satu kontraindikasi, sehingga menyebabkan tidak boleh diberikan, yaitu apabila orang tersebut alergi pada bahan pembuatan vaksin. Namun, pada saat ini memang tidak semua orang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin COVID-19.
Bahkan, kebijakan ini di setiap negara akan sangat berbeda-beda sangat tergantung negaranya baik pendekatan dan rekomendasinya. Hal tersebut sangat tergantung pada jenis vaksin yang tersedia, serta penilaian dari penilaian dari para ahli di bidang masing-masing, seperti ahli penyakit dalam, anak, kebidanan ahli imunologi, dan lain sebagainya.
"Vaksin tersebut lebih direkomendasikan pada orang yang belum terpapar sehingga akan mempunyai kekebalan tubuh terhadapa virus tersebut," katanya.
Sedangkan bagi yang sudah pernah terinfeksi diketahui tubuhnya sudah mempunyai antibodi terhadap virus tersebut. Soal batasan usia, ia memaparkan usia 18 tahun ke bawah dan 60 tahun keatas masih belum direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 Sinovac.
“Mengingat penelitian dari vaksin yang tersedia saat ini, masih belum ada penelitian yang melibatkan dua kelompok usia tersebut,” tutupnya.
Advertisement