Indonesia Kebanjiran Impor Bawang Putih dari China di Desember 2020

BPS mencatat impor Indonesia pada Desember 2020 mencapai USD14,44 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2021, 11:36 WIB
Aktivitas jual beli di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Harga cabai dan bawang putih mengalami kenaikan hingga mencapai dua kali lipat akibat musim hujan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Desember 2020 mencapai USD14,44 miliar. Apabila bandingkan dengan November 2020 mengalami kenaikan sebesar 14 persen namun secara year on yearnilai impor turun tipis 0,47 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, berdasarkan penggunaan barang, peningkatan impor terjadi baik untuk impor barang konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi mengalami peningkatan sebesar 31,89 persen.

"Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan impor terbesar adalah garlic (bawang putih) impor dari Tiongkok (China), mesin AC untuk cooling capacity yang juga diimpor dari Tiongkok dan buah-buahan yakni jeruk mandarin dan juga buah apel segar," ujarnya, Jakarta, Jumat (15/1/2021).

Selanjutnya, impor bahan baku pada Desember lalu secara month to month juga tumbuh menggembirakan mulai bergerak sebesar 14,15 persen. Barang modal juga naik sebesar 3,89 persen.

"Disana ada berbagai perlengkapan mesin yang kita impor dari beberapa negara seperti Italia dan Korsel. Impor barang modal juga naik 3,17 persen kalau bandingkan dengan posisi Desember 2019," jelas Suhariyanto.

Berdasarkan HS dua digit, terjadi peningkatan impor mesin dan peralatan mekanis yang masuk barang modal. Kemudian mesin dan perlengkapan elektrik, masuk barang modal sehingga dengan harapan kenaikan ini tentu berpengaruh pada komponen PMTB di PDB dari sisi pengeluaran.

Kemudian ada beberapa golongan barang HS 2 digit yang diimpor mengalami penurunan, terutama logam mulia, perhiasan dan permata. Lalu juga perangkat optik fotografi, sinematografi medis, serealia, gandum terutama aluminium dan barang dari aluminium.

Berdasarkan negara, impor dari Tiongkok pada des 2020 ini mengalami peningkatan USD 550 juta. Impor dari Brasil juga naik USD 135,1 juta. Korea Selatan, Perancis, Malaysia juga meningkat. "Tapi, peningkatan impor paling utama adalah berasal dari Tiongkok," tandasnya.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Lemak Sumbang Surplus Neraca Dagang Desember 2020

Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2020 mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Adapun komoditas yang menyumbang surplus terbesar adalah ekspor lemak dan minyak hewan nabati.

"Komoditas yang menyumbang surplus lumayan besar adalah lemak dan minyak hewan nabati yang tergolong dalam HS15 kemudian bahan bakar mineral HS27 dan satu lagi berasal dari besi dan baja HS72," ujar Kepala BPS, Suhariyanto, Jakarta, Jumat (15/1/2021).

Suhariyanto menjelaskan, berdasarkan golongan HS 2 digit, yang meningkat paling tinggi adalah lemak dan minyak hewan nabati HS15. Di mana ada penambahan nilai ekspor USD 264,2 juta.

"Volumenya naik karena harga naik, nilai jual naik sekitar 11,3 persen. Lemak dan minyak hewan nabati diekspor terutama ke Tiongkok, India dan Malaysia," jelasnya.

Kedua, berdasarkan golongan barang HS2 digit yang meningkat adalah BBM HS27. Nilai ekspornya pada Desember bertambah menjadi USD 218,1 juta. Negara tujuan utama untuk BBM adalah Tiongkok, India dan Jepang.

Kemudian berikutnya, ekspor meningkat cukup besar adalah mesin dan perlengkapan elektrik, meningkat dari sisi volume dan nilai. Dengan negara tujuan utama AS, Singapura dan Jepang.

"Kemudian disusul pakaian dan aksesorisnya, termasuk pakaian bukan rajutan maupun rajutan, ekspor tersebut terutama tertuju ke AS. Selama Desember surplus dengan AS mencapai USD1,23 miliar kemudian dengan India kita surplus USD866 juta kemudian dengan Filipina kita mengalami surplus USD468 miliar," tandas Suhariyanto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya