Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham, Jumat, (15/1/2021).
Surplus neraca dagang Indonesia lebih rendah dari harapan pasar dinilai menjadi sentimen negatif untuk IHSG dan investor asing lepas saham pada sesi pertama.
Advertisement
Mengutip data RTI, pada penutupan sesi pertama, IHSG merosot 0,84 persen atau 53,68 poin ke posisi 6.374,63. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,28 persen ke posisi 989,,58. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 147 saham menguat. Sementara itu, 308 saham melemah sehingga IHSG tertekan. 155 saham diam di tempat. Total volume perdagangan 16,2 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 13,8 triliun. Investor asing jual saham di pasar reguler Rp 107,73 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.049.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor konstruksi naik 0,20 persen. Sektor saham aneka industri merosot 1,34 persen, dan catat pelemahan terbesar. Diikuti sektor saham keuangan turun 1,27 persen dan sektor saham pertanian melemah 1,06 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham
Di tengah pelemahan IHSG, saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DGNS naik 35 persen ke posisi Rp 270, saham KIOS melonjak 24,66 persen ke posisi Rp 364 per saham, dan saham DCII mendaki 24,56 persen ke posisi Rp 2.460 per saham.
Sedangkan saham-saham yang merosot tajam atau top losers antara lain saham PEHA turun 6,99 persen, saham IRRA tergelincir 6,85 persen ke posisi Rp 2.990 per saham, dan saham ECII susut 6,85 persen ke posisi Rp 1.020 per saham.
Advertisement
Aksi Investor Asing
Sementara itu, investor asing beli saham ARTO Rp 61,6 miliar, KLBF senilai Rp 48,4 miliar, dan TLKM sebanyak Rp 24,2 miliar.
Sedangkan saham-saham yang dilepas asing antara lain saham BBRI Rp 89,3 miliar, BBCA senilai Rp 32,5 miliar, dan BFIN sebanyak Rp 22 miliar.
Rilis Neraca Dagang
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pelemahan IHSG didorong surplus neraca dagang Indonesia lebih rendah dari haapan pasar.
"Impeachment Trump dan market menanti pelaksanaan vaksinasi massal,” kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2020 mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Surplus tersebut berasal dari ekspor dan impor pada bulan lalu.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Desember 2020, nilai ekspor tercatat USD 16,54 miliar, tumbuh 14,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bulan sebelumnya, ekspor tumbuh 9,54 persen.
"Banyak komoditas yang mengalami penigkatan harga seperti batu bara, minyak kernel, minyak kelapa sawit, tembaga, dan aluminium. Peningkatan harga ini akan berpengaruh besar kepada nilai ekspor pada Desember 2020," ujarnya, Jumat (15/1/2021).
Sementara itu nilai impor Indonesia pada Desember tercatat USD 14,44 miliar. Apabila dibandingkan dengan November 2020, impor tersebut mengalami kenaikan sebesar 14 persen.
"Meskipun secara year on year nilai impor pada Desember 2020 ini turun tipis sekali 0,47 persen. Secara month to month kenaikan impor 14 persen terjadi karena adanya kenaikan impor migas dan non migas," papar dia.
Advertisement