23 Lansia Meninggal karena Efek Samping Vaksin COVID-19 Pfizer di Norwegia

Kemungkinan vaksin COVID-19 Pfizer menimbulkan reaksi parah pada orang tua yang lemah.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Jan 2021, 07:13 WIB
Vaksin COVID-19 Pfizer Inc and BioNTech dipotret di Rumah Sakit Anak Rady, San Diego, California, Amerika Serikat, 15 Desember 2020. Vaksin COVID-19 buatan Pfizer telah mendapat otorisasi darurat di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, dan Meksiko. (ARIANA DREHSLER/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Norwegia mengatakan sebanyak 23 orang telah meninggal di negara itu dalam waktu singkat setelah menerima dosis pertama vaksin COVID-19 Pfizer.

Dari kematian tersebut, 13 orang di antaranya telah diotopsi, dengan hasil menunjukkan bahwa efek samping vaksin Pfizer mungkin menimbulkan reaksi parah pada orang tua yang lemah.

Pejabat setempat menyampaikan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer mungkin terlalu berisiko untuk orang yang sangat tua dan sakit parah.

“Bagi mereka yang memiliki keparahan, bahkan efek samping vaksin yang relatif ringan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius,” kata Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia seperti dikutip Nation.com pada Sabtu, 16 Januari 2021.

Rekomendasi tersebut tidak berarti orang yang lebih muda dan lebih sehat harus menghindari vaksinasi. Akan tetapi ini merupakan indikasi awal tentang apa yang harus diperhatikan ketika negara-negara mulai mengeluarkan laporan pemantauan keamanan pada vaksin COVID-19.

Kepala European Medicines Agency, Emer Cooke, mengatakan, akan melacak keamanan vaksin COVID-19 terutama yang mengandalkan teknologi baru seperti messenger RNA (materi genetik) karena menjadi salah satu tantangan terbesar setelah suntikan diluncurkan secara luas.

Sebelumnya, sembilan pasien yang mengalami efek samping yang serius mengeluhkan reaksi alergi, rasa tidak enak badan yang kuat dan demam yang parah. Tujuh efek samping yang tidak terlalu serius termasuk rasa sakit yang parah di tempat suntikan.

Namun, Badan Obat Norwegia memeringatkan pihak berwenang untuk memertimbangkan dengan cermat urutan vaksinasi COVID-19.

“Dokter sekarang harus hati-hati memertimbangkan siapa yang harus divaksinasi. Mereka yang sangat lemah dan di akhir hayat dapat divaksinasi setelah penilaian individu,” kata Madsen.

Ini sejalan dengan rekomendasi yang dikeluarkan kembali oleh Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia awal pekan ini.

Sebelumnya, enam orang meninggal saat uji coba vaksin COVID-19 Pfizer dan BioNTech, tapi hanya dua yang benar-benar diberi vaksin. Empat lainnya diberi larutan garam dan air plasebo yang aman.

Saat ini, Pfizer dan BioNTech serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sedang menyelidiki kematian seorang dokter yang meninggal setelah mengambil suntikan vaksin Corona Pfizer.

Dokter berusia 56 tahun di Pusat Medis Mount Sinai Miami meninggal 16 hari setelah menerima vaksin COVID-19 Pfizer, mengembangkan kelainan darah yang langka.

 

 

Simak Video Berikut Ini:


Pakar China Minta Tunda penggunaan vaksin Pfizer

Kotak berisi vaksin COVID-19 dari Pfizer dibuka oleh petugas kesehatan saat tiba untuk pertama kalinya di Kryoneri village, dekat Athena, Yunani, Sabtu (26/12/2020). Gelombang pertama vaksin untuk melawan COVID-19 tiba di Yunani. (AP Photo/Yorgos Karahalis)

Pakar China mengatakan insiden kematian harus dinilai dengan hati-hati untuk memahami apakah kematian itu disebabkan oleh vaksin atau kondisi lain yang sudah ada sebelumnya dari orang-orang ini.

Ahli virologi dari Universitas Wuhan, Yang Zhanqiu, mengatakan kepada Global Times bahwa insiden kematian tersebut, jika terbukti disebabkan oleh vaksin, menunjukkan bahwa efek vaksin Pfizer dan vaksin mRNA lainnya tidak sebaik yang diharapkan. Sebab tujuan utama pemberian vaksin mRNA adalah untuk menyembuhkan pasien.

Vaksin mRNA mengajarkan sel manusia untuk membuat protein untuk memicu respons imun. Kemudian, kekebalan dapat melindungi orang agar tidak terinfeksi jika virus yang sebenarnya masuk ke dalam tubuh.

Sementara itu, zat beracun dapat berkembang selama proses vaksinasi mRNA tidak dapat sepenuhnya dijamin, kata Yang.

Tapi itu tidak terjadi pada vaksin yang tidak aktif di China, yang memiliki teknologi yang lebih matang, kata Yang.

Seorang ahli imunologi yang berbasis di Beijing, yang meminta anonimitas, mengatakan bahwa dunia harus menangguhkan penggunaan vaksin mRNA COVID-19 yang diwakili oleh Pfizer, karena teknologi baru ini belum membuktikan keamanan dalam penggunaan skala besar atau khususnya penggunaan pada orang tua, terutama yang berusia di atas 80 tahun, sebaiknya tidak direkomendasikan untuk menerima vaksin COVID-19.

Ia mengatakan bahwa orang yang berusia di atas 80 tahun memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dan lebih rentan terhadap efek samping. Oleh karena itu, mereka dianjurkan minum obat untuk meningkatkan sistem kekebalan, katanya.

 


Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh.

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya