Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai, rencana bantuan stimulus COVID-19 Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden senilai USD 1,9 triliun dapat memukul pasar negara berkembang di Asia.
Hal itu disampaikan Kepala Riset JP Morgan James Sullivan. "Sebagian besar investor sangat positif di Asia dan pasar negara berkembang sebelum rincian paket penyelamatan terbaru diumumkan," ujar Sullivan seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (16/1/2021).
Baca Juga
Advertisement
Ia melihat aliran dana masuk ke Asia kecuali Jepang lebih dari 18 minggu selama beberapa bulan terakhir. Ia menuturkan, ada kemungkinan dana tersebut keluar dari pasar negara berkembang di Asia kembali ke Amerika Serikat.
Hal ini sebagai hasil dorongan pertumbuhan ekonomi dari rencana Biden. Biden mengungkapkan rincian paket yang diusulkannya mengenai rencana penyelamatan AS yang mencakup langkah-langkah yang ditujukan untuk menopang keluarga dan perusahaan hingga vaksin didistribusikan secara luas.
Rencana tersebut mencakup pemeriksaan stimulus serta tunjangan kepada pengangguran.Sullivan menuturkan, JPMorgan sebelumnya memperkirakan penurunan dua poin persentase pada produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat sebagai akibat dari kurangnya stimulus fiskal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Agresifnya Investor Asing
Dengan rencana Biden sebesar USD 1,9 triliun yang sekarang masuk lebih dari dua kali lipat jumlah yang diharapkan.
Analis menuturkan, hal itu akan menjadi "kejutan positif" untuk pasar serta tingkat pertumbuhan ekonomi di AS."Arus dana investor ke Asia telah sangat agresif selama beberapa bulan terakhir, Anda bisa mulai melihat hal itu berbalik," ujar dia.
Bursa saham China di antara bursa saham regional yang catat performa terbaik pada 2020, menurut Sullivan menjadi bursa saham pertama yang terkena dampak dari stimulus COVID-19 Joe Biden.
Advertisement