Liputan6.com, Jakarta - Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Bandung. Sumedang sangat terkenal dengan keindahan alamnya yang khas. Suasana daerahnya yang dikelilingi oleh deretan gunung senantiasa membuat daya tarik tersendiri bagi siapapun yang berkunjung.
Bukan hanya kotanya yang menjadi daya tarik, kulinernya pun terkenal memikat dan selalu diburu oleh para wisatawan yang bertandang ke kota itu, salah satunya adalah Tahu Sumedang.
Berikut enam fakta unik dan menarik seputar Sumedang yang dilansir dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Tahu Bungkeng, Legenda Tahu Sumedang
Tahu Bungkeng adalah perintis atau cikal bakal dari Tahu Sumedang . Tahu Bungkeng sudah ada sejak 1917. Kabarnya Tahu Bungkeng ini dibawa oleh orang Tiongkok bernama Ong Kino, pada 1917 yang melakukan perdagangan di Kota Sumedang dan menjadi salah satu alternatif pangan pertama selain hasil bumi.
Setelah Ong Kino pulang ke Tiongkok, usaha yang telah dirintisnya itu diwariskan kepada anaknya bernama Ong Bun Keng.
2. Waduk Terbesar Kedua di Indonesia
Selain dikenal sebagai Kota Tahu, Sumedang juga dipenuhi wisata alam yang memesona. Salah satunya adalah Waduk Jatigede. Dengan ukuran seluas 4.983 hektare, Waduk Jatigede merupakan waduk terbesar kedua setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta.
Pembangunan waduk ini telah lama direncanakan sejak zaman Hindia Belanda. Waduk ini mulai dibangun pada 2008 pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono dan baru diresmikan pada 2015 serta beroperasi penuh pada 2017 di era Presiden Jokowi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
3. Komoditas Unggulan Sumedang
Sumedang memiliki komoditas unggulannya, seperti Ubi Cilembu, Salak Slebong dan Sawo Citali yang punya banyak keunggulan. Ubi Cilembu misalnya, merupakan jenis komoditas pertanian asli dari Desa Cilembu, Kabupaten Sumedang. Ubi ini pada umumnya sangat berbeda dengan ubi yang ada di daerah lain.
Salah satunya, kalau dimasukkan dalam microwave, maka Ubi Cilembu ini akan mengeluarkan cairan lengket yang tenyata manis seperti madu. Sedangkan Salak Slebong memiliki keunggulan rasa yang manis seperti Salak Pondoh dan ukuran yang relatif lebih besar seperti Salak Bongkok.
Sementara Sawo Citali merupakan komoditas unggulan dari Desa Sukatali, Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang. Selain rasa manisnya yang khas, sawo ini punya tekstur yang lembut, serta bentuk dan warna yang berbeda dengan jenis sawo pada umumnya.
Keunggulan Sawo Citali adalah tidak cepat busuk. Jika ditekan terasa tidak lembek, sehingga konsumen sering menyangka sawo masih mentah.
4. Atraksi Kuda Renggong
Kuda Renggong merupakan salah satu kesenian tradisional khas Sumedang yang memperlihatkan keahlian kuda dalam menari mengikuti alunan musik. Kesenian ini berasal dari Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang.
Kata renggong merupakan metatesis dari kata ronggeng yang artinya berprofesi sebagai penari. Istilah ronggeng diubah menjadi renggong untuk membedakan artinya dan tidak disamakan dengan manusia.
Advertisement
5. Jalan Bersejarah yang Angker
Jalan Cadas Pangeran merupakan nama kawasan yang terletak di sekitar 6 kilometer dari pusat kota Sumedang. Jalan tersebut dibangun berdasarkan ide Gubernur Jenderal Herman William Daendels pada masa penjajahan Belanda.
Jalan tersebut dinamakan Cadas Pangeran untuk mengenang keberanian Pangeran Kornel yang gugur dalam memperjuangkan kepentingan rakyat Sumedang.
Selain itu, terdapat pula patung Pangeran Kornel dan Gubernur Jenderal Herman William Daendels sebagai ciri khas jalanan tersebut. Di kawasan ini juga terdapat Tanjakan si Budi dan Pancuran Orok yang terkenal sebagai tempat terangker di Cadas Pangeran.
6. Makam Cut Nyak Dien
Ibu Prabu atau Ibu Suci, panggilan penghormatan itu diberikan warga Sumedang kepada Cut Nyak Dien. Pahlawan asal Aceh itu sangat dihormati oleh warga setempat. Pada 1906, Cut Nyak Dien ditangkap Belanda, dibuang ke Sumedang guna menghindari komunikasi dengan pejuang Aceh lainnya dan menghabiskan waktu dua tahun di sana sebelum tutup usia.
Makam Cut Nyak Dien berada di Kampung Gungun Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan. Pada batu nisan makam Cut Nyak Dien, diketahui terangkum riwayat hidupnya, kemudian tertera juga surah at-Taubah dan al-Fajr, serta hikayat rakyat Aceh.
Kabaranya, makam Cut Nyak Dien baru ditemukan pada 1959 atas permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan, yang meminta untuk dilakukan pencarian makam Cut Nyak Dien di Sumedang berdasarkan data pemerintah Belanda. Sampai saat ini makam Cuy Nyak Dien termasuk salah satu tempat wisata terpopuler dan banyak dikunjungi terutama untuk menghornati jasa-jasanya untuk kemerdekaan Indonesia. (Melia Setiawati)
Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi
Advertisement