3 dari 4 Pasien COVID-19 yang Sembuh Masih Menderita Gejala Ini 6 Bulan Kemudian

Setidaknya 3 dari 4 pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh masih menderita minimal satu gejala untuk 6 bulan ke depan, menurut sebuah penelitian.

oleh Hariz Barak diperbarui 17 Jan 2021, 19:35 WIB
Seorang pasien didorong di atas troli di luar Rumah Sakit Royal London saat lockdown nasional ketiga, London, Inggris, 12 Januari 2021. Lebih dari 81.000 orang di Inggris tewas akibat COVID-19. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, Jakarta - Setidaknya 3 dari 4 pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh masih menderita minimal satu gejala untuk 6 bulan ke depan, menurut sebuah penelitian.

Gejala yang paling umum akan bertahan selama setengah tahun itu adalah kelelahan dan kelemahan otot, demikian seperti diwartakan Strait Times, dikutip dari Mashable Asia, Minggu (17/1/2021).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan menemukan bahwa 63 persen dari 1.733 pasien COVID-19 menyatakan bahwa mereka mengalami gejala-gejala itu berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh.

Serangkaian gejala umum lainnya termasuk kesulitan tidur, kecemasan, dan depresi.

Lebih dari setengah pasien juga memiliki "kelainan hasil rontgen dada" enam bulan setelahnya, dengan dampak yang lebih besar pada mereka yang lebih sakit parah.

Sisa gejala persisten bagi eks-pasien COVID-19 termasuk batuk kronis, sesak napas, sesak dada, dan disfungsi kognitif.

Load More

Simak video pilihan berikut:


Mengapa Hal Ini Terjadi?

Petugas membawa pasien terindikasi terinfeksi COVID-19 dari ruang rawat Gedung Anton Soedjarwo Rumah Sakit Bhayangkara RS Sukanto menuju ruang rawat khusus COVID-19, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Kasus Covid-19 sudah ditemukan di 34 Provinsi di Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Gejala pasca-COVID-19, juga dikenal sebagai 'Long COVID' membingungkan dokter dan ilmuwan dengan cara yang sama seperti pasien yang pulih.

Menurut Dr David Strain dari Asosiasi Medis Inggris, dokter sedang mengerjakan beberapa teori untuk memahami fenomena tersebut.

Teori pertama yang dia menyatakan adalah teori mitokondria. Dia menjelaskan bahwa COVID-19 menyerang mitokondria yang merupakan "baterai" tubuh Anda. Setelah COVID-19, baterai Anda tidak mengisi daya yang sama lagi --seperti telepon yang rusak.

Ada juga peneliti lain yang berpikir COVID-19 adalah penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem pertahanan alami tubuh menyerang dirinya sendiri.

Pada dasarnya, ketika tubuh merasakan bahaya dari virus, sistem kekebalan tubuh menyerangnya. Ini mungkin bisa disebabkan oleh efek samping permanen yang terjadi di paru-paru dan pembuluh darah pasca COVID-19.


Siapa yang Paling Berisiko?

Han Yi, petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Tentu saja orang akan berasumsi bahwa orang tua atau mereka yang memiliki masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya akan menjadi yang paling berisiko.

Dr. David Strain dari Asosiasi Medis Inggris menyatakan bahwa itu justru sebaliknya.

Menurut pengalaman pribadinya, kebanyakan orang yang mengalami gejala 'Long COVID' sebelumnya sangat aktif dan kelompok usia yang lebih muda. Orang yang sama yang dijuluki berisiko rendah untuk virus sekarang mengalami gejala 'Long COVID' yang lebih drastis.

"Saya percaya bahwa apa yang disebut 'Long COVID' ada tetapi sulit untuk mengakreditasi gejala sepenuhnya ke COVID-19 secara khusus tanpa penelitian lebih lanjut," kata Profesor Dale Fisher, konsultan di National University Hospital.

Meskipun tidak banyak yang dapat dilakukan sekarang, para ahli mengatakan bahwa jika Anda adalah seseorang yang menderita gejala pasca-COVID-19, jangan terlalu banyak memaksakan beraktifitas fisik.

Jika tubuh Anda merasa jauh lebih lemah dari biasanya, cobalah untuk hidup dalam batas Anda. Semakin Banyak Anda mendorong diri Anda sendiri, semakin sulit untuk pulih jika infeksi berikutnya terjadi, kata para ahli.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya