Liputan6.com, Jakarta - Banyak cerita yang terkuak usai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di wilayah perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu lalu, 9 Januari 2021.
Misalnya saja sepasang calon pengantin asal Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Teofilus Lau Ura dan calon istrinya yang dipanggil Shelfi.
Advertisement
Keduanya menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, namun nama mereka tak terdapat dalam manifes daftar penumpang.
Rupanya, keduanya tidak memakai identitas sendiri. Teofilus naik pesawat menggunakan KTP milik keponakannya, sedangkan Shelfi menggunakan KTP temannya bernama Sarah Beatrice Alomau.
Selain kisah pilu, ada pula mereka yang bisa disebut beruntung bisa tetap hidup lantaran batal naik pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Salah satunya seperti Asrizal Nur dan keluarga. Asnur, sapaan akrabnya, pada 7 Januari 2021 akan berangkat ke Pontianak menggunakan penerbangan maskapai lain.
Dia pun bersama istri dan kedua anaknya telah membawa hasil rapid test Covid-19 sebagai persyaratan penerbangan.
Namun, sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, mereka mendapat penolakan karena tidak dilengkapi dengan Swab PCR.
Sementara itu, kabar duka kembali menyelimuti Indonesia. Ulama atau penceramah Syeikh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber atau akrab disapa Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada Kamis, 14 Januari 2021.
Kabar duka itu disampaikan Ustaz Yusuf Mansur melalui Instagram miliknya @yusufmansurnew. Yusuf Mansur juga menyebut, Syekh Ali Jaber dimakamkan di Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran, Ketapang, Tangerang, Banten.
Berikut ulasan berita metro yang paling banyak dicari pembaca Liputan6.com selama sepekan lalu:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kisah Sepasang Calon Pengantin Penumpang Sriwijaya Air, Pinjam KTP Demi Cari Kerja di Pontianak
Berniat mencari kerja ke Pontianak, Kalimantan Barat, sepasang calon pengantin asal Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) naik pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Sabtu 9 Januari 2021 siang itu.
Mereka adalah Teofilus Lau Ura, pria kelahiran 5 Maret 1998 dan calon istrinya yang dipanggil Shelfi.
Namun, nama mereka tak tercatat dalam manifes pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu tersebut. Justru, nama temannya lah yang berada di daftar korban. Feliks Wenggo namanya.
Perwakilan keluarga Teofilus, Benediktus Beke mengungkapkan hal tersebut. Dia mengatakan, Teofilus naik pesawat menggunakan KTP milik keponakannya. Sedangkan Shelfi menggunakan KTP temannya bernama Sarah Beatrice Alomau.
Dia menuturkan, keponakannya, Teofilus menggunakan KTP Feliks untuk membeli tiket pesawat Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pontianak.
Advertisement
Kisah Mereka yang Batal Naik Pesawat dan Selamat dari Tragedi Sriwijaya Air SJ 182
Lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ditemukan di sekitar perairan Kepulauan Seribu setelah hilang kontak pada pukul 14.40 WIB Sabtu, 9 Januari 2021.
Perlahan, satu per satu barang-barang yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mulai ditemukan. Mulai dari puing pesawat, tangga darurat, hingga bagian tubuh.
Di balik kisah pilu tersebut, ada orang-orang yang masih diberi kesempatan hidup lantaran batal menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Salah satunya seperti Asrizal Nur dan keluarga. Asnur, sapaan akrabnya, pada 7 Januari 2021 akan berangkat ke Pontianak menggunakan penerbangan maskapai lain.
Dia pun bersama istri dan kedua anaknya telah membawa hasil rapid test Covid-19 sebagai persyaratan penerbangan.
Namun sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, mereka mendapat penolakan karena tidak dilengkapi dengan Swab PCR.
"Saya ditolak karena harus ada hasil swab PCR yang sebelumnya tidak diberitahukan pihak maskapai," ujar Asnur kepada Liputan6.com melalui telepon, Minggu, 10 Januari 2021.
Ini Alasan Syekh Ali Jaber Dimakamkan di Ponpes Daarul Quran Milik Yusuf Mansyur
Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Quran dipilih sebagai tempat peristirahatan terakhir almarhum Syeikh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber atau akrab disapa Syekh Ali Jaber.
Dipilihnya pondok pesantren ini bukan tanpa alasan. Ternyata, semasa di Indonesia dan menyiarkan dakwah Islamnya, almahum juga mengajar di pesantren milik Ustaz Yusuf Mansyur tersebut.
"(Alasan) pertama, beliau memiliki kedekatan dengan Ustaz Yusuf Mansyur. Syekh Ali Jaber termasuk yang banyak mensupport guru-guru untuk Daarul Quran di awal-awal," tutur Hendi Herawan Saleh, salah seorang pengurus Ponpes Tahfiz Daarul Quran, Kamis, 14 Januari 2021.
Syekh Ali Jaber, lanjut Hendi, menjadi orang pertama yang datang ke Daarul Quran. Lalu diikuti sang adik Syekh Muhammad Jaber. Kemudian datang bersama guru-guru lain yang akhirnya mereka menjadi ekspatriat di Daarul Quran.
Advertisement