Begini Risiko Beli Saham Pakai Utang

Perencana keuangan One Shildt Financial Planning, Mohammad Andoko menuturkan, peran media sosial yang masif untuk mengenalkan saham juga mempengaruhi masyarakat untuk memilih saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jan 2021, 12:45 WIB
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Saham menjadi salah satu instrumen investasi yang mulai dilirik masyarakat.  Besarnya keuntungan dinilai menjadi daya tarik investor untuk terjun ke saham.

Investor pun mungkin memakai utang untuk membeli saham. Hal ini seperti ramai diperbincangkan di media sosial.

Di media sosial terdapat potongan-potongan hasil tangkapan layar berisi keluhan-keluhan tersebut. Unggahan tersebut diunggah praktisi trader saham Desmond Wira. Dari unggahan dia di twitter @desmondwira berisi potongan hasil tangkapan layar yang berisi memakai pinjaman online hingga 10 aplikasi dapat Rp 170 juta untuk membeli 500 lot saham ANTM.

Selain itu, ada juga membeli saham KAEF dengan memakai uang arisan dan uang titipan ibu-ibu PKK, serta ada yang menyangkut di saham IRRA, dan gadai tanah dan BBKP.

Unggahan Desmond tersebut pun mendapatkan ratusan komentar, diretweet sebanyak 3.140 kali dan mendapatkan tanda disukai 2.508 kali hingga artikel ini dibuat.

Perencana keuangan One Shildt Financial Planning, Mohammad Andoko menuturkan, beli saham memakai utang kurang tepat. Hal ini mengingat pinjaman sesuatu yang pasti, apalagi jika dikenakan bunga. Di sisi lain, saham bergerak volatile dan tidak pasti.

"Beli saham dengan pinjaman kurang tepat. Pinjaman sesuatu yang pasti, bunga pasti. Saham volatile," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin (18/1/2021).

Ia menuturkan, peran media sosial yang masif untuk mengenalkan saham juga mempengaruhi masyarakat untuk memilih saham. Meski demikian, Andoko menyayangkan investor tersebut hanya ikut-ikutan tanpa membekali pengetahuan mengenai saham.

"Peran media sosial yang masif, dan percaya kepada media sosial. Ikut-ikutan dipengaruhi influencen,” ujar Andoko.

Oleh karena itu, ia mengimbau investor untuk memakai dana idle atau menganggur saat investasi saham. Investasi saham tersebut juga dapat dilakukan secara bertahap atau dengan dolar cost averaging.

"Akan lebih tepat pakai idle cash. Jadi contoh punya gaji Rp 10 juta, ada surplus Rp 1 juta. Dia bisa pakai dana surplus ini secara reguler untuk investasi saham. Ketika pasar lagi turun, dia masuk, dan pada saat naik juga bisa masuk. Ini dolar cost averaging. Kalau pakai utang itu bahaya, saham itu tak pasti, sedangkan bunga pinjaman pasti,” ujar dia.

Selain memakai dana menganggur, Andoko menuturkan, investor juga dapat secara reguler menyisihkan dana dari penghasilannya untuk investasi saham. Akan tetapi, ia menekankan, sebelum masuk ke investasi saham, investor harus mengetahui seluk beluk mengenai pasar modal.

"Terjun investasi saham itu harus tahu fundamental, informasi perusahaan, dan isu. Selain itu, harus tahu kebijakan pemerintah, makro ekonomi, kemudian dianalisis. Harus mengerti analisis makro ekonomi, kebijakan pemerintah, dan melihat kondisi laporan keuangan perusahaan,” ujar dia.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Tak Mendidik Investor

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Andoko menuturkan, jika membeli saham pakai utang maka ada bunga. Bunga tersebut kewajiban yang pasti harus dibayar. Jika macet membayar pinjaman sehingga dapat membuat bunga makin besar.

"Utang ada bunganya. Bunga itu adalah sebuah kewajiban atau sesuatu yang pasti harus dibayar dan jika tidak dibayar atau macet akan masuk BI checking dan akan membuat bunganya makin besar lagi,” kata dia.

Selain itu, Andoko mengatakan, investasi saham pakai utang tidak mendidik investor dalam berinvestasi. Hal ini hanya membuat investor mencari jalan cepat.

"Investasi saham via utang juga tidak mendidik investor untuk sabar dalam melakukan investasi atau ingin cari jalan cepat padahal investasi di saham butuh analisa,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya