Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2020, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) hingga lima kali. Tercatat, BI telah memangkas suku bunga sebanyak 125 basis points (bps), dari semula 4 persen menjadi 3,75 persen. Lalu bagaimana arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ada sentimen rapat dewan gubernur (RDG) BI?
Adapun penurunan suku bunga acuan tersebut merujuk pada situasi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Sehubungan dengan hal itu, Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong menilai, hasil RDG BI akan relatif minim terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Dampaknya minimal. Kecuali ada kejutan dari Bank Indonesia,” ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (18/1/2021).
Baca Juga
Advertisement
"IHSG diperkirakan akan turun terbatas. Sentimen bursa global mixed cenderung negatif (Asia Pacific),” ia menambahkan.
Lukman menyebutkan fokus pasar saat ini lebih kepada situasi global. Yakni sehubungan dengan pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih yakni Joe Biden yang akan dilakukan pada 20 Januari 2021.
Selain itu, lanjut Lukman, juga ada data produk domestik bruto (PDB) dari China yang juga akan menjadi pertimbangan pasar pada pekan ini. Berdasarkan sentimen-sentimen tersebut, secara umum Lukman merekomendasikan saham tambang mineral untuk dicermati.
Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, pelaku pasar antusias menanti pengumuman RDG Bank Indonesia (BI) dalam rangka menetapkan BI7DRR. Nafan memperkirakan BI 7DRRR tetap.
”Antusias menanti statement Gubernur BI nanti,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ekonomi China Melejit Bikin IHSG Perkasa pada Sesi Pertama 18 Januari 2021
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat bergerak di zona merah hingga akhir berbalik ke zona hijau pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin, 18 Januari 2021.
Rilis data ekonomi China pada kuartal IV 2021 menjadi 6,5 persen di atas konsensus pasar menjadi sentimen positif untuk IHSG.
Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,54 persen atau 34,30 poin ke posisi 6.407,71 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham. Indeks saham LQ45 menguat 0,82 persen ke posisi 996,88. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.428,31 dan terendah 6.316,87. Sebanyak 252 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 212 saham menguat dan 165 saham diam di tempat.
Total volume perdagangan 21,5 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 14,4 triliun. Investor asing beli saham Rp 75,92 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran 14.062. Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian melemah 1,87 persen dan tambang susut 1,02 persen.
Sektor saham perdagangan menguat 1,46 persen, dan memimpin penguatan. Disusul sektor saham konstruksi naik 1,03 persen dan sektor saham industri dasar mendaki 0,87 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar pada sesi pertama antara lain saham MTPS naik 34,53 persen ke posisi Rp 187 per saham, saham BUMI melonjak 25,63 persen ke posisi Rp 151 per saham, dan saham BBHI menguat 24,84 persen ke posisi Rp 955 per saham.
Saham-saham yang melemah antara lain saham ATIC merosot 6,99 persen ke posisi Rp 865 per saham, saham MEGA turun 6,98 persen ke posisi Rp 11.325 per saham, dan saham FPNI susut 6,96 persen ke posisi Rp 294 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar melemah kecuali bursa saham China, Hong Kong dan Indonesia. Indeks saham Hang Seng naik 0,49 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,70 persen dan IHSG menguat 0,54 persen.
Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,75 persen, indeks saham Jepang Nikkei merosot 1,06 persen, indeks saham Thailand tergelincir 0,94 persen, indeks saham Singapura melemah 0,72 persen dan indeks saham Taiwan merosot 0,39 persen.
Investor asing melakukan aksi beli di sejumlah saham antara lain saham BBCA sebanyak Rp 44,3 miliar, saham BBRI sebanyak Rp 36,8 miliar, saham ASII sebanyak Rp 32 miliar, saham KLBF sebanyak Rp 26 miliar, dan saham BMRI sebanyak Rp 18,3 miliar.
Sementara itu, investor asing juga melakukan aksi jual antara lain saham SMGR sebanyak Rp 55,4 miliar, saham BBNI sebanyak Rp 26,4 miliar, saham INKP sebanyak Rp 16 miliar, saham BSDE sebanyak Rp 12,9 miliar dan saham PWON sebanyak Rp 9,5 miliar.
Advertisement