Liputan6.com, Bandung - Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kusnandi Rusmil mengatakan, dari 1.620 orang relawan uji klinis vaksin dari Sinovac di Bandung, sebanyak 25 orang di antaranya sempat terkonfirmasi positif Covid-19.
Rinciannya, 18 orang penerima plasebo atau obat kosong dan 7 orang penerima vaksin. Ke-25 relawan diketahui terpapar Covid-19 setelah mendapatkan suntikan kedua.
"Dari uji klinis kemarin itu kan ada yang dapat vaksin ada yang dapat plasebo. Nanti dilihat berapa yang sakit dapat vaksin dan berapa yang sakit dapat plasebo. Dari hasil yang kemarin yang dapat vaksin yang sakit (Covid-19) 7, yang dapat plasebo sakit 18," kata Kusnandi di Bandung, Senin (18/1/2021).
Meski terpapar Covid-19, Kusnandi menyatakan bahwa relawan yang menerima vaksin berstatus orang tanpa gejala hingga bergejala ringan. Sedangkan penerima plasebo ada yang bergejala berat.
Baca Juga
Advertisement
"Tapi sebagian besar itu (penerima vaksin) bergejala ringan, jadi enggak dirawat. Nah yang dapat plasebo ada yang dirawat," ujar dia.
Kusnandi menjelaskan, terpaparnya sejumlah relawan di Bandung pascapenyuntikan adalah hal wajar. Sebabnya, para relawan tidak dilarang untuk beraktivitas. Sehingga bisa jadi mereka bertemu dengan orang yang sudah terpapar virus Corona.
"Ya itulah gunanya penelitian (mengetahui) ada berapa yang sakit supaya kita bisa tahu berapa efikasi dari vaksin tersebut. Kan kita meneliti supaya tahu, manjur tidak vaksinnya," katanya.
Kusnandi menambahkan, hingga saat ini relawan penerima vaksin maupun plasebo belum diumumkan. Mereka akan mengetahui hal tersebut setelah masa uji klinis berakhir.
"Nanti kalau habis penelitian mereka dikasih tahu. Kalau dapat vaksin tidak dikasih lagi. Kalau dapat plasebo dikasih suntikan vaksin," ujarnya.
Seperti diketahui, uji klinis vaksin Covid-19 fase III buatan Sinovac yang dilaksanakan Tim Riset Fakultas Kedokteran Unpad masih berlangsung hingga Mei 2021. Ada sebanyak 1.620 relawan rentang usia 18-59 tahun yang mengikuti proses tersebut.
Hasil selama tiga bulan pertama penelitian vaksin tersebut telah dilaporkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang hasilnya keluar izin penggunaan darurat pada 11 Januari 2021. Kusnandi mengatakan, vaksin Sinovac bisa digunakan karena telah mendapatkan sertifikat emergency use authorization (EUA) BPOM.
Adapun efikasi atau khasiat dari uji klinis di Indonesia mencapai 65,3 persen atau sudah memenuhi syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mewajibkan batas efikasi vaksin untuk pandemi minimal 50 persen.
"Tingkat proteksinya itu kalau kata WHO 65,3 persen bisa digunakan untuk EUA. Syaratnya kan efikasi di atas 50 persen, nah ini sudah 65 persen. Dilihatnya dari mana? Dilihat dari dua minggu setelah penyuntikan terakhir itu, sudah kita bisa lihat bisa digunakan," tutur Kusnandi.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Infografis
Advertisement