Banjir Cirebon Akibat Hujan dan Luapan Sungai

BPBD Kabupaten Cirebon menyebutkan banjir yang menggenangi ratusan rumah akibat intensitas hujan yang lama sehingga menyebabkan air sungai meluap.

oleh Panji Prayitno diperbarui 18 Jan 2021, 17:00 WIB
Banjir yang menggenangi ratusan rumah di Kabupaten Cirebon. (tangkapan layar / liputan6.com)

Liputan6.com, Cirebon - Bencana tengah melanda sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya berada di Kabupaten Cirebon.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat terdapat ratusan rumah di Kabupaten Cirebon terendam banjir.

Penyebab utama banjir di Kabupaten Cirebon adalah hujan lebat dengan durasi cukup lama. Kondisi tersebut ditambah meluapnya aliran sungai yang ada.

"Data sementara ada ratusan rumah jumlah pastinya belum dapat info lagi karena sampai sekarang di beberapa kecamatan yang terendam banjir," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan di Cirebon, Senin (18/1/2021).

Dia menyebutkan, banjir menggenangi ratusan rumah di Kecamatan Plered, Klangenan, Arjawinangun, Kapetakan dan Suranenggala.

Alex mengatakan, rata-rata ketinggian air banjir yang menggenang mencapai 50 sentimeter hingga 1 meter.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pendataan

Banjir yang menggenangi ratusan rumah di Kabupaten Cirebon. (tangkapan layar / liputan6.com)

Dari hasil olah data sementara, banjir terjadi karena intensitas hujan yang tinggi dengan waktu cukup lama pada Minggu sore, 17 Januari 2021 hingga malam.

"Sehingga ada beberapa sungai yang meluap dan merendam permukiman warga," ujarnya.

Alex mengaku hingga saat ini masih terus mendata korban banjir di Kabupaten Cirebon, baik rumah terendam, hingga dampak lain dari banjir.

Bahkan, kata Alex, tidak menutup kemungkinan jumlah terdampak banjir akan bertambah.

Sementara Camat Arjawinangun Sutismo mengatakan, banjir tersebut seakan sudah menjadi langganan tiap tahun. Rata-rata banjir yang berada di Arjawinangun langsung surut beberapa jam kemudian.

"Iya pasti kena banjir karena posisinya rendah," ungkap dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya