Viral Dokter 77 Tahun di Jakarta Disuntik Vaksin COVID-19 Sinovac

Seorang dokter spesialis penyakit dalam berusia 77 menerima vaksin COVID-19 Sinovac.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 18 Jan 2021, 17:54 WIB
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin COVID-19 Sinovac (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Seorang dokter 77 tahun di Jakarta mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 Sinovac beberapa hari lalu. Mendadak sontak hal ini menjadi perbincangan warganet mengingat selama ini vaksin Sinovac dianjurkan untuk umur 18 hingga 59 tahun.

Informasi mengenai dokter 77 tahun, yang diketahui adalah Profesor Dr Suwandhi Widjaja SpPD PhD, disuntik vaksin COVID-19 disampaikan epidemiolog Pandu Riono di akun Twitter pribadinya, @drpriono1.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ini juga membagikan video ketika Profesor Suwandhi Widjaja disuntik vaksin Sinovac di Rumah Sakit Medistra. Dalam 24 jam terakhir, sudah 11 ribu orang melihat video tersebut.

Dihubungi Health Liputan6.com, Pandu mendapatkan informasi Suwandhi disuntik vaksin COVID-19 Sinovac lewat pesan chat grup. Pandu juga sempat kontak secara langsung dengan Suwandhi pada Minggu, 17 Januari 2021 dan tadi pagi.

"Saya kontak-kontakan, kemarin kontak, tadi pagi juga kontak. Beliau menyampaikan kondisinya, 'Sehat, terima kasih sudah perhatian. Maaf tadi lagi periksa pasien banyak sekali'," kata Pandu, Senin (18/1/2021).

Sempat menanyakan proses penyuntikan, Suwandhi bercerita bahwa tidak ada masalah. Usai disuntik vaksin COVID-19 Sinovac, Suwandhi hanya merasa mengantuk. Dan hari ini, dia sudah kembali sibuk melayani banyak pasien.

Secara pribadi, Pandu menyampaikan salut atas keberanian dokter Suwandhi disuntik vaksin COVID-19 Sinovac. 

"Saya mendukung keberanian dokter Suwandhi," kata Pandu.

 

 

Load More

Simak Juga Video Berikut


Tenaga Kesehatan Lansia = Risiko Ganda Terpapar COVID-19

Menurut Pandu, tenaga kesehatan (nakes) terlebih lansia seharusnya prioritas dilindungi dengan vaksin COVID-19, bukan hanya yang muda-muda. Terlebih bagi tenaga kesehatan yang sudah lansia mereka memiliki risiko ganda, yakni sudah tenaga kesehatan yang membantu kesehatan masyarakat dan juga lanjut usia.

Di aspek lain, tenaga kesehatan yang sudah di atas 59 memiliki ilmu tinggi yang perlu diturunkan ke tenaga kesehatan muda lainnya.

"Banyak sekali nakes di atas umur 59, dan mereka itu profesor dan guru besar. Ilmu-ilmu mereka levelnya sudah tinggi. Kalau mereka cepat meninggal ilmunya belum diturunkan semua. Apa kita mau punya dokter yang enggak sempat mendapatkan ilmu dari guru-guru kita," tekan Pandu.

 

 

 

 

 


Lansia Disuntik Vaksin COVID-19 Sinovac Amankah?

Beberapa waktu lalu Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan lansia tidak masuk dalam target awal vaksinasi COVID-19 karena tidak ada data keamanan vaksin pada lansia. Nantinya, bila sudah ada data lanjut keamanan vaksin COVID-19 Sinovac maupun vaksin lain lansia akan mendapatkannya.

Terkait hal ini, Pandu mengatakan bahwa bahwa vaksin merupakan produk aman dan jenis vaksin yang disuntikkan adalah vaksin mengandung virus yang mati.

"Ada larangan gak dari Sinovac? Enggak ada larangan untuk pembatasan usia, saya baca dokumennya," kata Pandu.

Ia juga mengatakan tidak adil bila hanya tenaga kesehatan yang muda saja yang mendapatkan vaksin COVID-19. 

"Itu kan diskriminasi berdasakran usia, yang padahal bila tidak ada hambatann yakni selama nakes sehat, tidak ada kontraindikasi (bisa mendapatkan suntikan vaksin COVID-19)," katanya.

Mengingat tenaga kesehatan yang sudah lansia memiliki risiko ganda terpapar COVID-19, Pandu mengatakan bahwa seharusnya Kementerian Kesehatan memikirkan kelompok ini.

"Kenapa enggak dipikirkan dari awal? Itu jadi pertanyaan besar. Dimana-mana kalau mengatasi pandemi itu yang prioritas adalah lansia. Apalagi ini doubles risk, ini nakes dan lansia juga dosen dan guru," tegasnya.

Target usia yang prioritas adalah di 18-59 tahun, menurut Pandu itu karena semata-mata pemerintah hanya memikirkan aspek ekonomi.

"Kenapa prioritas 18-59? Itu ekonomi, bukan untuk mengatasi pandemi. Di mana-mana kalau untuk mengatasi pandemi yang prioritas adalah lansia," katanya.

Perihal vaksinasi pada lansia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa hal tersebut rencananya pada April 2021. Namun, bukan dengan Sinovac. 

"Kita harapkan kalau vaksin Pfizer dan AstraZeneca datang di bulan April merupakan vaksin yang sudah di uji klini untuk di atas 60 tahun," kata Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, pada Selasa (12/1/2021).

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya