Keuangan Syariah Indonesia Bakal Kalahkan Negara Lain, Ini Buktinya

OJK optimis sektor keuangan syariah Indonesia akan naik kelas dalam skala global dan mengalahkan negara muslim lain.

oleh Athika Rahma diperbarui 19 Jan 2021, 11:20 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat diskusi FMB 9 bertajuk 'Investasi Unicorn untuk Siapa?', Jakarta (26/2). Potret e-commerce dan start-up Indonesia diyakini akan menjadi saran lompatan besar untuk Indonesia. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya optimis sektor keuangan syariah Indonesia akan naik kelas dalam skala global dan mengalahkan negara muslim lain.

Hal ini tercermin dari kondisi keuangan syariah yang semakin kuat, bahkan di tengah pandemi, serta peringkat yang disematkan di beberapa laporan kinerja keuangan syariah global.

"Di Islamic Finance Development Report 2020, kita ranking 2 global sebagai The Most Developed Country in Islamic Finance," ujar Wimboh dalam paparannya di Webinar Sharia Economic Outlook 2021, Selasa (19/1/2021).

Kemudian, dalam laporan The State of Global Islamic Indicator Report 2020/2021, keuangan syariah Indonesia mendapat peringkat ke-4. Indonesia juga masuk dalam 10 besar di semua kategori, meliputi makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim, media dan rekreasi bertema islami, obat-obatan dan kosmetik halal, serta keuangan syariah.

"Ini indikator yang memberikan keyakinan bahwa ke depan akan lebih baik lagi keuangan syariah kita dan bisa menjadi kelas dunia, bisa kalahkan negara lain," kata Wimboh.

Di tahun 2020, kinerja lembaga keuangan syariah lebih baik daripada lembaga keuangan konvensional. Aset tumbuh cukup tinggi menjadi 21,48 persen dari 13,84 persen di tahun 2019.

Adapun, nominal aset keuangan syariah ini mencapai Rp 1.770,3 triliun. Nominal ini meliputi aset perbankan syariah sebesar Rp 593,35 triliun, aset pasar modal syariah termasuk reksa dana sebesar Rp 1.063,81 triliun dan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah sebesar Rp 113,16 triliun.

Lalu hingga Desember 2020, pembiayaan bank umum syariah tumbuh 9,5 persen year on year, jauh lebih tinggi dari bank nasional yang mengalami kontraksi, yaitu di angka -2, 41 persen.

Ketahanan perbankan juga cukup baik dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) 21,59 persen, NPF (Non Performing Financing) gross 3,13 persen dan FDR (Financing to Deposit Ratio) 76,36 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonomi Syariah Jadi Primadona Baru di Indonesia

-

Ketua PMO Merger Bank Syariah Milik BUMN, Hery Gunardi mengatakan sepanjang tahun 2020 ekonomi syariah menjadi primadona. Khususnya di industri perbankan syariah Indonesia.

"Ekonomi syariah kini menjadi primadona baru, di Indonesia, khususnya industri perbankan syariah," kata Hery dalam Webinar Sharia Economic Outlook 2021, Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Sepanjang tahun 2020 yang bertepatan dengan masa pandemi Covid-19, ekonomi syariah tetap menunjukkan pertumbuhan positif. Hery menilai dalam kondisi perlambatan perekonomian ini, ekonomi syariah menjadi sumber pertumbuhan baru.

Bahkan bisa membantu dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional. "Artinya ekonomi syariah ini dapat menjadi sumber pertumbuhan baru dan membantu dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional," kata dia.

Dalam prinsip kemanfaatan yang berkelanjutan dan berkeadilan, ekonomi syariah menjadi jawabannya. Apalagi di Indonesia butuh nafas baru dalam menggerakkan roda perekonomian.

"Dalam kondisi seperti ini ekonomi syariah hadir dan dibutuhkan," kata dia.

Dia melanjutkan, di zaman yang cepat dan dinamis ini, sistem ekonomi global butuh alternatif ekonomi yang stabil. Harus tetap memberikan keuntungan dan ketenangan bagi para pihak yang terlibat.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya