Cerita Dirut Bank Victoria agar Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Perbankan juga harus melakukan efisiensi dengan mengurangi jaringan kantor cabang dan beralih ke digital.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Jan 2021, 15:10 WIB
Ilustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Victoria International Tbk Ahmad Fajar, mengatakan bahwa mau tidak mau sektor perbankan harus melakukan transformasi di 2021. Transformasi yang harus dijalankan adalah mempercepat proses digitalisasi.

“Ada dua pemicu disrupsi yang memaksa kita perbankan ke arah digital yaitu kita harus berubah secara eksponensial. Pemicunya antara lain yang pertama adanya perubahan yang cepat, yang kedua adanya pandemi covid-19 hingga mau tidak mau kita harus masuk ke digital,” kata Ahmad dalam Konferensi Pers dalam konferensi pers Indonesia Digital Economy and Business Outlook 2021, Selasa (18/1/2021).

Kemudian di 2021 ini, bagi bank yang belum bertransformasi maka harus dipercepat karena mau tidak mau perbankan harus menyamakan dengan pasar, terutama fintech dan bank digital.

“Selain digitalisasi, bank juga harus mencegah NPL lebih lanjut. Jadi sekarang ada relaksasi POJK 11, sehingga mau tidak mau yang perlu direstrukturisasi lagi, ya harus direstrukturisasi agar NPL di 2021 ini terjaga,” jelasnya.

Lanjut Ahmad, perbankan juga harus melakukan ekspansi bisnis ke arah yang berpotensi positif seperti sektor pertanian, Infokom, Farmasi, consumer, terutama sektor makanan dan minuman.

Tidak hanya itu saja, perbankan juga harus melakukan efisiensi dengan mengurangi jaringan kantor cabang dan beralih ke digital. Begitu pun dengan bank Victoria yang terpaksa memotong jumlah cabang.

“Termasuk kami memotong jumlah cabang, karena kami arahnya ke depan adalah digital. Pertama untuk efisiensi, kedua adalah untuk meraih nasabah cukup dengan menggunakan beberapa jaringan kantor saja,” ujarnya.

Adapun Ahmad berharap pertumbuhan ekonomi di 2021 ini kembali menggeliat. Dengan adanya vaksin, dirinya yakin ekonomi akan membaik.

Namun pemerintah perlu memberikan pemberitahuan kepada masyarakat jadwal vaksinasi, agar proses vaksinasi itu berjalan dengan cepat dan ekonomi pulih.

“Penyebaran informasi vaksinasi kapan saya akan di vaksin itu sangat penting. Jadi masyarakat kita tahu kapan giliran di vaksin,” pungkasnya.

Load More

Saksikan video pilihan berikut ini:


OJK Targetkan Kredit Perbankan Tumbuh 7,5 Persen di 2021

Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 ada di angka 4,5 persen sampai 5,5 persen. Target tersebut bisa dicapai dengan fokus pada kebijakan strategis antara pemerintah, bank sentral dan para pemangku kepentingan lainnya.

"Dari kondisi perekonomian saat ini dimana Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 4,5 persen - 5,5 persen," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2021 di Jakarta, Jumat, (15/1/2021).

Kredit perbankan di 2021 diperkirakan meningkat pada kisaran 7,5 persen ± 1 persen (yoy). Hal ini seiring dengan kembali meningkatnya aktivitas ekonomi, belanja masyarakat dan investasi.

Sejalan dengan itu, piutang industri perusahaan pembiayaan diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan positif tahun ini. Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang berangsur kembali pulih, diperkirakan tumbuh di kisaran 4 persen ±1 persen (yoy).

Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh solid. Pertumbuhannya ada di rentang 11 persen ± 1 persen (yoy) pada tahun 2021.

Dari sisi penghimpunan dana di pasar modal, Wimboh diperkirakan penghimpunan dana di pasar modal tahun 2021 akan meningkat kembali. Dia memperkirakan angkanya berada dikisaran Rp 150 triliun sampai dengan Rp180 triliun.

"Penghimpunan dana di pasar modal ini akan tinggi, berkisar antara Rp 150 triliun - Rp 180 triliun," kata dia mengakhiri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya