Meski Tumbuh, Kinerja Keuangan Syariah Belum Sebaik Keuangan Konvensional

Kinerja keuangan syariah masih belum sebaik sektor keuangan konvensional.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jan 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi keuangan syariah/Shutterstock.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Hery Gunardi mengatakan kinerja keuangan syariah masih belum sebaik sektor keuangan konvensional.

Tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA) hingga pengumpulan dana pihak ketiga juga masih jauh dibawah industri keuangan konvensional.

"Ini menunjukkan beberapa indikator belum dicapai dengan baik, tapi beberapa tahun tren terakhir menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya," kata Hery dalam Webinar Sharia Economic Outlook 2021, Jakarta, Selasa (19/1).

Meski dalam beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan peningkatan, namun Hery menilai capaiannya belum signifikan. Masih ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan pasar ekonomi syariah tidak optimal.

"Memang ada peningkatan tapi dari tahun ke tahun belum signifikan," kata dia.

Faktor-faktor yang dimaksud Hery antara lain literasi inklusi keuangan syariah. Produk syariah sangat kompetitif dengan produk konvensional.

"Literasi indeksnya hanya 8,11 persen, dan inklusi keuangan syariah baru 11,06 persen. Ini jauh tertinggal dari industri (konvensional) yang mencapai 29,66 persen untuk literasi, dan inklusi jauh diatas syariah," kata dia.

Penggunaan teknologi juga turut memegang andil peran. Begitu juga dengan SDM yang patut jadi perhatian.

"Kompetitif SDM ini juga harus jadi perhatian," kata dia.

Maka tak heran penggabungan bank syariah milik BUMN diharapkan bisa meningkatkan ekosistem keuangan syariah. Sebab Indonesia dinilai sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam bisnis keuangan syariah.

"Oleh karena itu banyak sekali pihak yang menaruh harapan, baik pemerintah atau yang lain," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hingga Akhir 2020, Total Aset 3 Bank Syariah BUMN Tembus Rp 240 Triliun

Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sampai akhir Desember 2020, total aset Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah sebesar Rp 240 triliun. Ketiga bank yang bakal berganti nama menjadi Bank Syariah Indonesia ini menempati urutan ke-7 secara nasional dalam jumlah kepemilikan aset.

"Bank Syariah Indonesia ini per Desember total asetnya Rp 240 triliun. Bank ini masuk posisi lumayan, ranking 7 di tingkat nasional," kata Ketua PMO Merger Bank Syariah Milik BUMN, Hery Gunardi dalam Webinar Sharia Economic Outlook 2021, Jakarta, Selasa (19/1).

BACA JUGA

Menko Airlangga Hartarto Ajak penyintas Covid-19 Selamatkan Bangsa dengan Donor Plasma Konvalesen Ketiga bank syariah BUMN tersebut memiliki 14,9 juta nasabah. Modal inti Bank Syariah Indonesia ini sebesar Rp 20,4 triliun.

Hery mengatakan dari modal inti yang dimiliki saat ini, BSI berada di kategori bank buku III. Dengan jumlah modal inti tersebut, Hery optimis dalam waktu 3-4 tahun ke depan BSI akan masuk dalam daftar bank buku IV.

"Saat ini modal inti kita Rp 20,4 triliun dan menempatkan posisi sebagai bank buku III. Mungkin dalam waktu 3-4 tahun nanti kita bisa menjadi bank buku IV," kata dia.

Dalam kurun waktu tersebut, dia memprediksi BSI mampu mewujudkan visi menjadi pemain global dan pemain utama di industri perbankan syariah dunia. Visi ini bisa terwujud dengan pelayanan yang akan fokus di segmen UMKM, ritel, konsumer.

Tak ketinggalan dipadu dengan kemampuan mengelola nasabah wholesale yang baik.

"BSI setelah merger akan tumbuh sehat dengan backbone UMKM, ritel dan lain-lain. Lalu bekerja sama juga dengan investment banking yang bisa bersaing di global," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com


OJK Bakal Terbitkan Izin Merger 3 Bank Syariah BUMN Pekan Ini

Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Pekan ini, surat izin penggabungan tiga bank syariah BUMN akan dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan diterbitkannya izin tersebut maka, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan Bank BRI Syariah resmi bergabung dan berganti nama menjadi PT Bank Syariah Indonesia.

"Izin merger dari OJK, ini bisa terima minggu ini," kata Ketua PMO Merger Bank Syariah Milik BUMN, Hery Gunardi dalam Webinar Sharia Economic Outlook 2021, Jakarta, Selasa (19/1).

Proses merger tiga bank tersebut telah dilakukan sejak Maret 2020. Setelah menjalani berbagai macam proses, akhirnya, dalam waktu dekat surat izin dari OJK tinggal menghitung hari.

"Proyek ini dari Maret tahun lalu, ini berproses dari bulan ke bulan, dan saat ini makin dekat jelang 1 Februari," kata dia.

Setelah surat izin tersebut sudah ditangan, pihaknya akan langsung mengurus syarat-syarat administratif ke Kementerian Hukum dan HAM untuk memproses beberapa hal lainnya. Diharapkan semua proses tersebut bisa selesai sebelum tanggal 1 Februari.

"Setelah itu kita lanjutkan dengan pengesahan nama baru Bank Syariah Indonesia di Kemenkumham dan juga untuk logo barunya," kata dia.

Bila proses tersebut selesai dilakukan, maka pada tanggal 1 Februari akan dilakukan prosesi merger secara resmi. Dalam waktu yang bersamaan kata Hery, pihaknya akan me-disclaimer hasil penggabungan bank syariah plat merah sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.

"Semoga tanggal 1 Februari ini bisa dilakukan legal merger dan kami bisa declare telah lahir bank syariah terbesar di Indonesia yaitu Bank Syariah Indonesia," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya