Liputan6.com, Jakarta Disabilitas memiliki berbagai ragam salah satunya disabilitas intelektual. Ini adalah suatu kondisi di mana seorang anak memiliki masalah dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya.
Menurut dr. Bobtriyan Tanamas dari Klikdokter, disabilitas intelektual disebut juga sebagai retardasi mental alias keterlambatan anak ini dalam mengembangkan mentalnya.
Advertisement
“Kondisi ini dibagi lebih lanjut menjadi beberapa tingkatan, seperti ringan, sedang, dan berat. Diperkirakan, kurang lebih 1 persen populasi memiliki disabilitas intelektual,” kata Bobtriyan mengutip Klikdokter, Rabu (20/1/2021).
Dari keseluruhan penyandang disabilitas intelektual, lebih kurang 85 persen diyakini memiliki disabilitas ringan. Fungsi intelektual seseorang berkaitan dengan kemampuan belajar, menyelesaikan masalah, nalar, pengambilan keputusan, dan sebagainya.
Sering kali, fungsi intelektual dapat dinilai dengan tes IQ (intelligence quotient). Hasil tes IQ antara 70-75 dapat menjadi petunjuk adanya gangguan pada fungsi intelektualnya.
Fungsi adaptif sendiri berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Terdapat tiga bidang yang dinilai pada fungsi tersebut, yakni:
-Konseptual, yaitu berbahasa, membaca dan menulis, matematika, penalaran, pengetahuan, dan ingatan.
-Sosial, yaitu kemampuan komunikasi, empati, kemampuan mengikuti peraturan, kemampuan berteman.
-Kemampuan praktis, yaitu menjaga kebersihan diri, mengurus keuangan, dan mengorganisasi tugas.
Anak dengan disabilitas intelektual biasanya bermasalah dengan kondisi di atas sebelum berusia 18. Ketidakmampuannya akan terlihat pertama kali saat dia mulai kesulitan belajar.
Simak Video Berikut Ini
Gejala Disabilitas Intelektual
Gejala pada anak yang menyandang disabilitas intelektual biasanya sering tidak disadari oleh orangtua bahkan guru.
Secara sederhana, penyandang disabilitas intelektual acap kali hanya dianggap sebagai anak yang kurang pintar. Padahal, tanpa disadari ia memiliki disabilitas intelektual. Jika kondisi tersebut dapat diketahui sejak dini maka penanganan dan cara pengajaran yang tepat dapat diterapkan dan akan sangat membantu.
Beberapa gejala anak dengan disabilitas intelektual menurut Bobtriyan adalah:
-Anak mengalami keterlambatan perkembangan, seperti duduk, merangkak, berjalan, dan berbicara.
-Anak kesulitan menguasai kemampuan, seperti berpakaian, buang air di kamar mandi (potty training), dan makan sendiri.
-Anak memiliki masalah perilaku, seperti tantrum yang meledak-ledak, kolik, hiperaktivitas, serta tidur tidak teratur.
-Anak punya masalah mengingat, menyelesaikan masalah, atau berpikir logis.
-Anak tidak tertarik dengan mainan yang sesuai usianya atau enggan bermain bersama teman sebaya.
Selain itu, banyak hal yang dapat berperan terhadap munculnya kondisi disabilitas intelektual. Misalnya:
-Masalah genetik (Down syndrome).
-Komplikasi pada masa kehamilan akibat konsumsi alkohol atau adanya infeksi, kekurangan nutrisi, atau preeklampsia.
-Masalah semasa persalinan (prematur, kekurangan oksigen saat lahir).
-Penyakit dan paparan zat beracun semasa anak-anak (meningitis, infeksi otak, kekurangan gizi, trauma kepala baik ringan maupun berat, dan terpapar timbal atau merkuri).
Advertisement