Kasus COVID-19 Pecah Rekor, Satgas Sebut Verifikasi Data Terlambat Masuk

Kasus COVID-19 pecah rekor, Satgas menyebut salah satunya karena verifikasi data terlambat masuk.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Jan 2021, 12:05 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan perlu evaluasi daerah dan segera berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk PPKM di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (12/1/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)

Liputan6.com, Jakarta Penyebab kasus COVID-19 pecah rekor periode 11-17 Januari 2021, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyebut salah satunya karena verifikasi data terlambat masuk. Selama rentang tanggal tersebut, penambahan konfirmasi positif COVID-19 nasional menembus kisaran 11.000 dan melebihi 14.000 kasus.

Imbas keterlambatan data yang masuk, menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, terjadi penumpukkan pada pelaporan data harian COVID-19 yang masuk.

"Kenaikan penambahan kasus harian COVID-19 yang sangat tinggi, bahkan tertinggi semenjak kasus COVID-19 pertama masuk ke Indonesia. Salah satunya disebabkan verifikasi data yang terlambat masuk," jelas Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (19/1/2021).

"Sehingga menyebabkan penumpukan pada pelaporan data di beberapa daerah. Pemerintah juga terus berupaya memperbaiki keadaan ini."

Perkembangan kasus positif COVID-19 mingguan di tingkat nasional per 17 Januari 2021 terjadi kenaikan kasus sebesar 27,5 persen dibandingjan pekan sebelumnya. Angka ini menunjukkan kenaikan yang paling tinggi selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Pada umumnya kenaikan terjadi pada angka 10-15 persen per minggunya. Angka kenaikan 27,5 persen mencatatkan tren perkembangan kasus positif COVID-19 mingguan yang ternyata sudah meningkat selama 12 minggu berturut-turut," terang Wiku.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Kenaikan COVID-19 Tertinggi Tidak dapat Ditoleransi

Tenaga kesehatan mengambil sampel lendir untuk tes usap PCR drive thru di halaman Rumah Sakit Pertamina Jakarta (RSPJ), Rabu (6/1/2021). Kegiatan tes usap drive thru di RSPJ digelar setiap hari mulai pukul 08.00 WIB- 16.00 WIB dengan tarif Rp900 ribu per orang. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Pada minggu sebelumnya, Wiku menyampaikan, penambahan kasus harian COVID-19 sebesar 9.000 hingga 10.000 kasus adalah angka yang sangat tinggi. Ternyata kian hari penambahan kasus semakin naik.

"Namun, di minggu ini kita mengalami penambahan kasus harian hingga 14.000 kasus. Hal ini tidak dapat ditoleransi," tegasnya.

Berdasarkan data Satgas COVID-19, Kenaikan kasus positif COVID-19 tertinggi dikontribusikan oleh 5 provinsi. Jawa Barat (naik 4.929 kasus) berada duduki urutan pertama disusul DKI Jakarta (naik 4.364), Jawa Tengah (naik 3.986), Bali (naik 806), dan Sulawesi Selatan (naik 792).

"Jawa Barat pada minggu ini naik sebesar 4.929 kasus. Sebagai perbandingan, minggu lalu Jawa Barat hanya naik 2.196 kasus dalam satu minggu. Artinya, terjadi perkembangan lebih buruk ditandai kasus mingguan naik dua kali lipat," lanjut Wiku.

"Sumbangan ke arah yang lebih buruk ditandai dengan kasus mingguan yang naik dua kali lipat  Lima provinsi yang berkontribusi terbesar dalam kenaikan kasus seluruhnya berasal dari Pulau Jawa dan Bali, kecuali Sulawesi Selatan."


Infografis Pecah Rekor 4 Hari Beruntun Kasus Harian Positif Covid-19

Infografis Pecah Rekor 4 Hari Beruntun Kasus Harian Positif Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya