Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Syafrin Liputo membeberkan sejumlah alasan Jakarta dapat keluar dari daftar 10 besar kota termacet di dunia. Salah satunya karena ada perbaikan penanganan transportasi yakni dengan memprioritaskan pejalan kaki.
"Diikuti oleh kendaraan ramah lingkungan, angkutan umum, selanjutnya kendaraan pribadi. Selain itu juga fokus pada integrasi angkutan umum melalui program JakLingko," kata Syafrin saat dihubungi, Rabu (20/1/2021).
Advertisement
Lalu, kata Syafrin, Pemprov DKI juga fokus dalam penataan kawasan stasiun hingga adanya kolaborasi dengan masyarakat. Peningkatan itu juga terjadi dikarenakan ada pengaturan waktu kerja warga selama pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Di sisi hilir ada pembatasan waktu operasional angkutan, pembatasan kapasitas angkutan, kebijakan berjalan seiring sekalian sehingga efektif," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, DKI Jakarta telah keluar dari 10 kota besar termacet di dunia. Hal tersebut berdasarkan unggahan Pemprov DKI Jakarta dalam akun instagram @dkijakarta pada Minggu (17/1/2021).
Data yang diunggah Pemprov DKI berdasarkan hasil dari penelitian lembaga TomTom Traffic Index.
"Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang," bunyi unggahan tersebut.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kemacetan Menurun Sejak 2017
Pemprov DKI juga menjelaskan hasil penilaian tingkat kemacetan tahun 2020 yang kini berada di angka rata-rata 36 persen.
Bahkan hasil tesebut berkurang bila dibandingkan tahun 2019 kemacetan di Ibu Kota mencapai 53 persen dan berada di peringkat 10 kota termacet.
"Sejak tahun 2017 peringkat Jakarta terus membaik hingga tahun ini keluar dari 10 besar," klaim Pemprov DKI.
Advertisement