Liputan6.com, Jakarta - Pelaku dan motif pembakaran dua Tower Side Repeater milik Palapa Ring Timur pada pekan lalu masih belum terungkap. PT Palapa Timur Telematika selaku perusahaan yang menangani hal ini masih melakukan pendalaman bekerja sama dengan aparat keamanan dan masyarakat setempat.
Selain dua tower tersebut, sebelumnya terjadi kerusakan berat di Network Operation Centre (NOC) Kigamani, di Dogiyai, Papua yang juga dibakar oleh orang tak dikenal pada 31 Desember 2020 lalu.
GM Operation PT Palapa Timur Telematika, Widodo Yuli Prasetyo mengatakan tower B4 dan B5 yang berada di Kabupaten Puncak, Papua masih didalami oleh aparat setempat. Kemajuannya, saat ini masih menyelidiki dan mencari keterangan dari masyarakat setempat.
“Masih bekerja sama dengan pemuka agama dan masyarakat di sana, kita ingin memastikan semuanya aman,” kata Widodo dalam konferensi pers virtual, Rabu (20/1/2021).
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, terkait recovery pada tempat lain seperti NOC Kigamani, pihaknya masih melakukan pengadaan material.
“Ada yang dibuat di Timika dan Nabire, ada [barang] yang kita tunggu dari Jakarta,” tutur Widodo.
Sementara itu, Project Manager PT Palapa Timur Telematika, Herald Natipulu memaparkan kronologis pembakaran yang terjadi di NOC Kigamani. Mulanya berawal dari pembubaran sekelompok orang tidak dikenal yang diduga menunggu pergantian tahun.
Setelah ditegur oleh aparat keamanan, kelompok diduga itu tidak terima, sehingga melakukan tindakan vandalisme dengan membakar toko di wilayah tersebut.
“Kejadian sebetulnya ke toko sebelahnya, tapi merembet ke NOC Kigamani, hingga terbakar habis, saat ini masih dalam proses penyelidikan,” ujar Herald.
Tahap Pemulihan
Pihak pelaksana proyek Palapa Ring mengaku telah mengatur langkah pemulihan perangkat-perangkan yang terkendala. Mengacu pada kasus yang ringan sampai sedang, pihaknya menyebut memerlukan waktu sekitar 1 bulan. Jika menemukan kasus yang berat seperti NOC Kigamani dan Tower side repeater B4 dan B5, dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan.
Herald menambahkan kendala yang sering ditemukan ketika proses pemulihan perangkat tersebut. Salah satunya, ia menyebut, transportasi hanya menggunakan helikopter karena belum tersedia jalur darat yang permanen.
“Tantangan di lapangan, merupakan daerah yang unik, ekstrem banyak gunung, tantangan terseberat adalah faktor cuaca, untuk semua tower sebagian ada di pegunungan,” kata Herald.
Advertisement
Perkiraan kerugian
Seperti diketahui, sejauh ini proses pemulihan untuk kasus NOC Kigamani ditaksir telah mencapat 45 persen, dengan tahap percobaan pengadaan layanan kembali.
Sementara kerugian untuk kasus tower B4 dan B5 ditaksir mencapai 25 persen dan masih dalam proses penyelidikan.
Kerugian yang dialami mencakup aset perangkat serta hilangnya pendapatan dari PT Palapa Timur Telematika yang ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah. Total kasus yang terjadi selama tahun 2020 hingga awal 2021 mencapai 174 kasus dengan dominasi kejadian di Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua.
Sejauh ini proyek Palapa Ring Paket Timur ini telah mencapai ke 35 kota dan kabupaten dengan total penduduk 3,1 juta jiwa.