Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) harus memangkas produksi nikel perusahaan karena ada pembangunan ulang tungku (rebuild furnace) selama tujuh bulan pada 2021.
"Tahun 2021 salah satu furnance kami akan mengalami shut down di bulan Mei sampai November. Tentu hal ini akan berdampak pada produksi," kata Mateus Sigit Harisulistya, Head of Relation and Treasury PT Vale Indonesia Tbk, Rabu (20/1/2021).
Meski demikian, Sigit enggan mengungkapkan lebih jauh terkait target produksi sepanjang 2021. Pihaknya hanya menyebut kemungkinan besar produksi nikel pada 2021 berada di bawah 70 ribu ton.
Baca Juga
Advertisement
"Mungkin kami belum bisa menyampaikan secara pasti ya. Mungkin kalau di kalkulasi akan ada lima bulan stop produksi. Tapi secara official kami belum bisa menyebutkan saat ini," ujar dia.
Untuk hal ini, Sigit mengaku perusahaan harus mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga USD 70 juta sampai USD 75 juta. Meski demikian, INCO sudah menyiapkan dana sejak tahun lalu.
"Untuk capex yang diperlukan terkait rebuild itu diperlukan USD 70-75 juta. Tapi spendingnya sendiri sudah dimulai di tahun 2020, untuk order barang sudah dilakukan. Porsi di tahun 2021 USD 40-50 juta, sisanya sudah spending duluan di tahun 2020," ujar dia.
Vale Indonesia berhasil memproduksi 19.477 metrik ton (MT) nikel sepanjang kuartal III tahun lalu. Produksi tersebut lebih tinggi 4 persen dibanding volume produksi di kuartal kedua 2020, yakni 18.701 MT.
Secara total, produksi nikel Vale Indonesia pada sembilan bulan pertama 2020 mencapai 55.792 MT, atau 10 persen lebih tinggi dibanding periode sama 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham INCO
Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 11,76 persen ke posisi Rp 6.650 per saham. Saham INCO sempat berada di level tertinggi 6.675 dan terendah 5.925. Total frekuensi perdagangan 25.958 kali dengan nilai transaksi Rp 527,9 miliar.Sepanjang Januari 2021, saham INCO menguat 30,39 persen ke posisi Rp 6.650 per saham.
Saham INCO sempat berada di level tertinggi 7.100 dan terendah 5.000. Nilai transaksi Rp 6,3 triliun. Total frekuensi perdagangan 328.788 kali.
Advertisement