Vale Indonesia Kebut Proyek di Pomalaa dan Bahodopi

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menemui sejumlah tantangan yang harus dihadapi saat garap proyek smelter nikel di Pomalaa dan Bahodopi.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 20 Jan 2021, 21:04 WIB
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Siap membangun smelter nikel di Pomalaa, Sulawesi Tengah dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tenggara, PT Vale Indonesia Tbk terus melakukan realisasi pengambilan keputusan investasi final atau final investment decision (FID).

Emiten berkode INCO tersebut berharap FID bisa diselesaikan pada akhir tahun 2021 sehingga proyek tersebut bisa berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.

"Terkait development project, memang saat ini kita mampu menuntaskan studi kami sampai ke level final investment decision dan diharapkan by end 2021 ini kami bisa menuntaskan hal tersebut," kata Mateus Sigit Harisulistya, Head of Relation and Treasury PT Vale Indonesia Tbk, Rabu (20/1/2021).

Selain itu, Sigit menuturkan, bila terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi terkait proyek ini, salah satunya negosiasi yang harus dilakukan perusahaan dengan pihak terkait.

"Tapi memang ada beberapa challenge yang kita hadapi, dari sisi teknikal kami harus memastikan translevel yang cukup, pabrik juga memiliki teknikal yang sudah memadai untuk bisa lanjut ke tahap konstruksi. Kemudian ada beberapa hal terkait negotiation, lalu financing adalah bagian yang akan kami selesaikan tahun ini," ujar dia.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Dana Investasi

Ilustrasi pendanaan, investasi, dolar. Kredit: pasja1000 from Pixabay

Selain itu, Sigit menyebut, pandemi COVID-19 yang terjadi juga menjadi kendala yang harus dihadapi. Terlebih, beberapa hal terkait pembangunan memerlukan kehadiran langsung pihak terkait.

"Pandemi ini ada sedikit hambatan, sifatnya tekniklah. Yang memerlukan kehadiran langsung di lapangan khususnya. Mudah-mudah kalau semua lancar akhir 2021 bisa selesai dan di tahun 2022 bisa start, sehingga di akhir 2025 atau awal 2026 sudah initial production untuk di Pomala," tuturnya.

Untuk di Bahodopi, Sigit mengaku akan mengalami sedikit keterlambatan. Namun, proyek tersebut diharapkan bisa selesai pada akhir 2024 atau awal 2025.

"Kalau baudopi mungkin memang agak sedikit terlambat, tapi secara konstruksi cenderung lebih cepat, mungkin 2 sampai 3 tahun sudah bisa running prouction. Mungkin di akhir 2024 atau awal 2025 sudah bisa start production," ujarnya.

Terkait investasi, di Pomalaa dan Bahodopi, Vale Indonesia harus menggelontorkan dana hingga USD 2,5 miliar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya