Liputan6.com, Jakarta - Sudah lebih dari seminggu program vaksinasi untuk melawan covid-19 berjalan di Indonesia. Sejak saat itu pula, ada banyak hoaks soal vaksin yang bertebaran di ruang digital.
Berikut ini Cek Fakta Liputan6.com merangkum hoaks soal vaksin covid-19 sejak program vaksinasi di Indonesia:
Advertisement
1. Klaim Penyuntikan Vaksin Covid-19 Jokowi Gagal dan Harus Diulang
Klaim soal penyuntikan vaksin yang dilakukan Presiden Jokowi gagal dan harus diulang beredar di media sosial. Klaim tersebut viral lewat pesan berantai di aplikasi percakapan WhatsApp sejak 14 Januari 2021.
Berikut isi dari pesan berantai tersebut:
*VAKSINASI PRESIDEN HARUS DIULANG DAN HATI-HATI DENGAN VAKSINASI*
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Cirebon Indonesia, 14 Januari 2021
Kepada
Yth : Presiden Republik Indonesia
Ir. H. Joko Widodo
Di tempat
Salam Vaksinasi,
Hari ini, saya melihat anda divaksinasi. Setelah melihat berkali-kali video itu dan berdiskusi dengan para dokter serta para perawat senior, maka saya menyimpulkan bahwa vaksinasi yang anda lakukan adalah gagal. Atau anda belum divaksinasi. Alasannya adalah
Injeksi vaksin Sinovac, harusnya intramuskular ( menembus otot). Untuk itu, penyuntikkan harus lah dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat). Dan memakai jarum suntik untuk ukuran volume minimal 3 cc ( spuit 3cc ). Tetapi yang menyuntik anda tadi siang memakai spuit 1cc dan tidak tegak lurus 90 derajat. Hal tersebut menyebabkan vaksin tidak menembus otot sehingga tidak masuk kedalam darah. Suntikan vaksin yang dilakukan pada anda tadi siang hanyalah sampai di kulit ( intrakutan ) atau dibawah kulit ( sub kutan ). Dan itu berarti vaksin tidak masuk ke darah.
Pabrik vaksin Sinovac telah membuat zat vaksin tersebut, hanya bisa masuk ke darah bila disuntikkan dengan cara intramuskular. Penyuntikkan dikulit i(ntrakutan) atau dibawah kulit ( subkutan) tidak akan menyebabkan vaksin tersebut masuk ke dalam darah. Kalaupun dapat masuk, hanyalah sedikit sekali. Lain halnya bila vaksin atau obat itu di desain untuk tidak disuntikkan secara intramuskular. Misalnya menyuntikkan insulin. Injeksi insulin harus dilakukan secara subkutan.
Selain itu, setelah menonton berkali-kali, saya melihat bahwa masih ada vsksin yang tertinggal pada spuit tersebut. Atau tidak seluruh vaksin disuntikkan.
Satu orang lagi, yang saya lihat menjalani vaksinasi adalah Raffi Ahmad. Penyuntikkan dengan sudut 90 derajat sudah benar. Dan vaksin dalam spuit telah habis dikeluarkan semuanya. Tetapi karena yang digunakan spuit 1cc, maka sudah pasti spuit tersebut tidak dapat menembus otot Raffi Ahmad. Atau Raffi Ahmad pun harus mengulang vaksinasi COVID-19 seperti juga anda.
Bapak Presiden RI yang terhormat,
Dengan dasar apa yang dituliskan diatas, wajib bagi anda untuk secepatnya divaksin lagi. Sebab vaksin Sinovac mewajibkan diulanginya suntikan vaksin setelah 1 Bulan suntikan pertama. Atau harus dua kali suntikan vaksin, supaya timbul respon imunitas dari tubuh. Dengan diulanginya vaksinasi yang gagal hari ini, maka jelas bagi anda, kapan lagi jadwal vaksinasi yang ke dua. Hal itu sangat penting bagi anda, bila memang anda meyakini bahwa vaksinasi COVID-19 dengan vaksin Sinovac, memang bermanfaat untuk terhindar dari serangan COVID-19.
Bapak Presiden RI yang terhormat,
Contoh teladan seperti yang saya tuliskan diatas, diharapkan akan menambah semangat dan kepercayaan bawahan anda serta seluruh rakyat Indonesia akan manfaat vaksinasi COVID-19.
Pada akhirnya demi rasa kasih sesama manusia dan untuk tidak dimurkai Tuhan sebagai orang-orang yang menyembunyikan ilmunya, maka saya menasihatkan anda untuk mengecek rapid antibody sebelum mengulang vaksin yang gagal itu. Hal itu untuk mencegah terjadinya reaksi Antibody Dependent Enhacement( ADE ). Dimana bila hal itu terjadi, maka virus-virus mati yang berada dalam vaksin Sinovac itu, akan dengan mudah masuk kedalam sel-sel organ penting anda ( jantung,otak,ginjal ). Dan bila itu terjadi maka bisa saja menyebabkan kerusakan organ-organ vital tersebut bahkan kematian. Betapapun para ahli mengatakan kemungkinan untuk terjadinya reaksi ADE akibat vaksinasi Sinovac adalah kecil. Pada pandangan saya,tidak ada salahnya bila seseorang yang mampu, untuk melakukan cek rapid antibody sebelum dilakukan vaksinasi Sinovac. Bila rapid Antibody negatif, maka aman untuk divaksinasi. Tetapi bila positif sebaiknya batalkan vaksinasi Sinovac itu. Karena seperti surat yang pernah saya kirimkan dulu kepada anda, bahwa vaksin Sinovac adalah vaksin terlemah dalam menimbulkan respon imunitas dari 10 vaksin unggulan WHO. Maka tanpa disuntikkan vaksin Sinovac pun tidaklah masalah. Karena kita telah mempunyai antibody terhadap virus COVID-19 itu ( rapid test antibody positif ).
Saran saya yang lain lagi adalah cukuplah anda 3x saja menjadi contoh sebagai orang pertama yang disuntik vaksin ( 1x gagal, 1x mengulang kegagalan dan 1x lagi booster, 1 bulan setelah suntikan mengulang kegagalan itu ).
Kenapa hal tersebut saya katakan ?.
Karena, vaksinasi COVID-19 harus dilakukan booster berulang kali. Disebabkan, berdasarkan penelitian, respon imunitas yang dihasilkan akibat vaksinasi COVID-19, paling lama adalah 3-4 Bulan. Dan maksimal adalah 6 Bulan. Karena itulah vaksinasi COVID-19 harus diulang-ulang terus. Minimal 2x dalam 1 Tahun.
Mengulang-ulang vaksinasi ( entah sampai kapan) selain menyebabkan kemungkinan ADE seperti yang saya tuliskan diatas, juga dapat menyebabkan kemungkinan masuknya virus mati ( Sinovac dan Sinopharm ) atau bagian protein dari virus tersebut ( seperti vaksin-vaksin lainnya ) untuk masuk kedalam sel-sel organ dalam kita ( jantung, usus, ginjal, mata, pembuluh darah, dsb ) Hal itu dapat terjadi karena sebagian besar sel-sel organ dalam kita mempunyai enzim ACE2 pada permukaan membran nya. Dan enzim tersebut memudahkan virus hidup COVID-19, virus mati atau bagian protein COVID-19 itu, untuk masuk ke sel organ-organ penting kita. Dan bila itu terjadi, reaksi yang berbahaya yang menyebabkan cacatnya organ-organ tersebut dapat terjadi. Sebagai seorang Presiden, anda harus diselamatkan terlebih dahulu ketimbang bawahan atau rakyat anda. Itulah alasan kenapa saya menyarankan cukuplah 3x saja anda menjadi orang yang pertama kali disuntik vaksin Sinovac.
Demikian surat saya. Bila surat ini penting menurut anda, maka silakan menyebarluaskannya pada bawahan anda dan seluruh rakyat Indonesia. Termasuk juga MUI. Fatwa haram, wajib, atau makruh, tentang vaksinasi COVID-19 beserta booster-boosternya harus dikatakan juga. Bukan hanya halal dan suci saja.
Salam Vaksinasi
dr. Taufiq Muhibbuddin Waly Sp.PD.
Baca selengkapnya terkait klaim hoaks tersebut melalui tautan ini.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
2. Klaim Kasdim di Gresik Meninggal Dunia Setelah Disuntik Vaksin Covid-19
Beredar pesan berantai di WhatsApp yang menyebut Kasdim 0817/Gresik Mayor Inf Sugeng Riyadi meninggal dunia setelah mendapat vaksin covid-19 buatan China, Sinovac.
Kabar itu beredar di WhatsApp Group sejak Minggu (17/1/2021). Disebutkan juga kalau Kasdim 0817/Gresik Mayor Inf Sugeng Riyadi proses pemakaman bakal dilakukan pada Senin (18/1/2021) yang diklaim meninggal akibat vaksin covid-19.
Begini narasinya:
"Inalillahi wainalillahi roziun. Vaksin pertama, Kasdim 0817 Gresik, Mayor Sugeng Riyadi.tadi malam Dan ramil kebumas gresik meninggal akibat siangnya disuntik vaksin...pagi ini proses pemakaman...hati2 bahaya vaksin ini nyata."
Informasi itu disertai dengan foto dengan pria berseragam TNI yang mendapat lingkaran biru. Pria bereseragam TNI itu diklaim sebagai Kasdim 0817/Gresik Mayor Inf Sugeng Riyadi.
Advertisement
3. Klaim Video Korban Bergelimpangan Setelah Disuntik Vaksin Sinovac
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video korban bergelimpangan setelah disuntik vaksin Sinovac.
Video korban bergelimpangan setelah disuntik vaksin Sinovac diunggah akun Facebook Yasril Aril, pada 19 Januari 2021.
Unggahan tersebut berupa tautan video YouTube berjudul "BERITA TERBARU HARI INI ~ KOR.BAN BERGELIMPANGAN, RATUSAN WARGA TERKAPAR USAI DISUNTIK SINOVAC !!" yang diunggah akun YouTube CATATAN HITAM yang diunggah, pada pada 18 Januari 2021.
Video tersebut menampilkan seseorang yang terlihat tidak sadarkan diri sedang digendong dari sebuah mobil niaga.
Kemudian cuplikan berikutnya terlihat sejumlah orang sedang dalam perawatan dengan selang infus ditangannya.
Video tersebut dinarasikan sebagai berikut:
"Korban vaksin bergelimpangan ratusan warga terkapar.
Beredar video warga pingsan usai divaksin Covid-19"
Kemudian video tersebut dilanjutkan dengan wawancara pada seorang Anggota DPR Netty Prasetiyani.
Berikut transkrip wawancara tersebut:
"dan uji klinis belum selesai, kok tiba-tiba pemerintah memutuskan membeli vaksin jadi, vaksin jadi sinovac yang menurut referensi efektivitasnya belum teruji, kan begitu.
Nah, kemudian menurut ITAGI tadi pak menteri sampaikan tadi akan diberikan prioritas kepada tenaga kesehatan frontliners bagaimana mungkin sebuah vaksin yang belum teruji efektivitasnya,efekesinya kebermanfaatannya diberikan kepada frontliners yang hari ini untuk mencetak satu tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat butuh waktu butuh proses yang panjang"
Kemudian muncul tayangan seorang yang terlihat tidak sadarkan diri dikeluarkan dari ambulans.
Tayangan berikutnya, muncul cuplikan dua orang yang sedang diwawancara oleh pembawa acara stasiun televisi.
Cuplikan video tersebut menampilkan seorang yang dipanggil Nidom menyebut vaksin menunjukkan motif ADE (Antibody-dependent-enchancement).
4. Klaim Vaksin Sinovac di Indonesia Dipasang Chip
Pada Senin (18/1/2021), sejumlah netizen mengunggah postingan yang menyebut vaksin Sinovac untuk melawan covid-19 dipasang chip agar mengetahui posisi orang setelah divaksinasi.
Salah satu akun Facebook yang mengunggah klaim tersebut adalah Jamilha Amar. Begini narasi yang menyebut vaksin Sinovac dipasang sebuah chip:
"Sinovac ternyata juga sbg jps /chip yg utk mngetahui keberadaan seseorang yg telah di vaksin."
Dia mengunggah klaim itu dengan sebuah video wawancara Najwa Sihab dengan Menteri BUMN, Erick Thohir.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.