IDI: Kenaikan Kasus COVID-19 Indonesia Mengkhawatirkan, tapi Tak Seberat Negara Lain

IDI menyebut kenaikan kasus COVID-19 Indonesia mengkhawatirkan, tapi tak seberat negara lain.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Jan 2021, 15:30 WIB
Tenaga kesehatan melakukan kegiatan tes swab massal di Puskesmas Ciganjur, Jakarta, Kamis (7/1/2020). Lonjakan kasus virus corona berpotensi terjadinya krisis tenaga kesehatan (nakes) karena banyak yang tertular dan gugur saat menangani pasien Covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menyebut, kenaikan kasus COVID-19 Indonesia mengkhawatirkan, tapi tak seberat negara lain. Perkembangan kasus COVID-19 nasional dalam beberapa hari ini rata-rata di atas 10.000.

"Memang mengkhawatirkan (kenaikan kasus COVID-19), namun tidak seberat beberapa negara lain," kata Zubairi saat dialog 'Darurat Cegah 1 Juta Penderita COVID-19 di Tanah Air' ditulis Kamis, 21 Januari 2021.

Melihat angka kasus COVID-19 dunia, menurut Zubairi, posisi Indonesia masih di bawah negara-negara lain. Sehingga tidak perlu terlalu panik.

"Namun, kita tidak perlu terlalu panik. Mengapa? Karena bagaimanapun Indonesia termasuk negara besar dengan populasi penduduk nomor 4 di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika," pungkas Zubairi.

"Indonesia sekarang ini ranking untuk COVID-19 pada nomor 19, yang masih di bawah 1 juta kasus. Bandingkan dengan negara-negara lain ya, seperti Meksiko, Inggris, Spanyol, Prancis. Apalagi Amerika dan India sudah udah jauh di atas kita."

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Disiplin Protokol Kesehatan dan Perbanyak Testing COVID-19

Satpol PP menegur pesepeda yang tidak mengenakan masker dengan benar di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (17/1/2021). Pemerintah terus melakukan berbagai upaya guna mencegah penyebaran COVID-19 dan menurunkan angka masyarakat yang terpapar virus corona. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Untuk menghadapi kenaikan kasus COVID-19, lanjut Zubairi harus terus disiplin protokol kesehatan. Kapasitas pemeriksaan (testing) COVID-19 juga makin digencarkan.

"Kita harus selalu disiplin protokol kesehatan, tes kesehatan sebanyak mungkin dikerjakan. Ya, sekarang sudah semakin banyak dan bagus, namun masih kurang dan harus dinaikkan terus testing-nya," katanya.

"Kemudian bagaimana pembatasan kegiatan masyarakat diterapkan, asal dikerjakan secara konsekuen dan diawasi, itu amat bagus."

Menurut Zubairi, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia. Kenaikan ini termasuk dampak dari kegiatan Desember 2020 dan libur panjang akhir tahun.

"Penyebab kasus naik, kita berpikir ada banyak pencetusnya. Mulai waktu itu ada demo cipta kerja, libur panjang. Kemudian ternyata pesantren juga sudah buka dan resepsi pernikahan," imbuhnya.

"Jadi, memang penyebabnya banyak. Ada juga terkait tidak taat, misalnya tidak pakai masker. Masih banyak sekarang ini kalau keluar rumah yang tidak pakai masker."

Adapun kenaikan kasus COVID-19 mengarah pada persentase kasus positif dalam seminggu atau dua minggu terakhir. Indonesia sudah di atas 25 persen kenaikan positif COVID-19, yang awalnya sempat rendah berada dikisaran 15 persen.


Infografis WNA Dilarang Masuk Indonesia Demi Cegah Varian Baru Covid-19

Infografis WNA Dilarang Masuk Indonesia Demi Cegah Varian Baru Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya