India Buat Vaksin COVID-19 Covaxin, Orang dengan Kondisi Ini Belum Boleh Disuntik

Bharat Biotech baru-baru ini merilis kriteria kondisi kesehatan apa saja yang tidak disarankan menerima vaksin COVID-19 buatan India

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Jan 2021, 18:00 WIB
Seorang pria dengan gejala COVID-19 melakukan perjalanan dengan ambulans menuju Rumah Sakit Pemerintah Gandhi di Hyderabad, India, Jumat (17/7/2020). India melewati 1 juta kasus virus corona COVID-19 atau tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil. (AP Photo/Mahesh Kumar A.)

Liputan6.com, Jakarta - India menjadi salah satu negara yang ikut mengembangkan vaksin COVID-19. Covaxin, nama vaksin virus corona tersebut, diproduksi oleh perusahaan lokal bernama Bharat Biotech.

Hingga saat ini, India telah menyetujui penggunaan darurat dua vaksin COVID-19, yaitu Covishield yang diproduksi oleh Serum Institute of India berdasarkan vaksin corona AstraZeneca-Oxford dan Covaxin Bharat Biotech.

Baru-baru ini, Bharat Biotech merilis sebuah lembar fakta mengenai Covaxin. Salah satunya adalah kriteria penerima vaksin corona tersebut.

Dalam lembar fakta tersebut, dikutip Kamis (21/1/2021), ada beberapa kriteria orang yang tidak disarankan untuk menerima suntikkan Covaxin. Mereka adalah orang-orang yang memiliki alergi apapun, demam, mengalami gangguan darah atau sedang menggunakan pengencer darah.

Kriteria orang yang tidak disarankan untuk divaksin lainnya adalah memiliki gangguan sistem kekebalan atau menjalani pengobatan yang mempengaruhi sistem kekebalan, hamil, menyusui, dan/atau telah menerima vaksin COVID-19 lainnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Load More

Saksikan Juga Video Menarik Berikut INi


Dapatkan Izin Secara Terbatas

Dikutip dari Hindustan Times, Bharat Biotech mengatakan bahwa vaksin buatan mereka mendapat izin dari Central Drugs Standard Control Organisation untuk digunakan secara terbatas dalam mode uji klinis.

"Individu yang diprioritaskan di bawah program kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan kKeluarga, akan tercakup dalam upaya ini," tulis Bharat.

"Menginformasikan individu tentang tawaran vaksinasi dengan Covaxin akan diserahkan kepada pejabat program pemerintah masing-masing. Yang ditawarkan Covaxin di pra-bilik khusus akan memiliki opsi untuk menerima atau menolak pemberian vaksin."

 


Timbulkan Kontroversi

Petugas kepolisian India berdiri disamping grafiti yang mengilustrasikan virus corona di Bangalore (3/4/2020). Grafiti tersebut dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mematuhi lockdown yang diberlakukan pemerintah India sebagai langkah pencegahan COVID-19. (Xinhua/Stringer)

Mengutip AP News, vaksin Bharat Biotech menimbulkan kontroversi karena pemerintah India mengizinkan penggunaanya tanpa data konkret yang menunjukkan efektivitasnya dalam mencegah COVID-19.

Namun, regulator setempat mengatakan bahwa vaksin tersebut aman bahkan sangat yakin efektif dalam mengatasi varian baru virus corona yang diidentifikasi di Inggris.

Pada Senin waktu setempat, India sudah melakukan vaksinasi pada 148.266 orang. Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 381.305 orang sudah mendapatkan suntikkan vaksin COVID-19.

Otoritas setempat berharap vaksin bisa diberikan kepada 300 juta orang. Penerima vaksin sendiri menyertakan 30 juta dokter, perawat, dan pekerja lini depan lainnya, serta 270 juta orang berusia di atas 50 tahun atau memiliki penyakit yang membuat mereka rentan terhadap COVID-19.

Covaxin sendiri dikembangkan dengan menggunakan virus yang sudah mati. Vaksin tersebut disuntikkan dua dosis pada satu orang, dengan jarak pemberian tiap dosisnya adalah empat pekan.


Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya