Sarang Burung Walet Jadi Primadona Baru Penyumbang Devisa

Ekspor sarang burung walet berpotensi meningkat tajam serta mampu memberi devisa negara yang cukup besar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Jan 2021, 20:05 WIB
Sarang Burung Walet . (Foto:Dok.Kementerian Pertanian

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) Boedi Mranata menyebutkan ekspor sarang burung walet berpotensi meningkat tajam serta mampu memberi devisa negara yang cukup besar.

Dengan adanya regulasi eksportir terdaftar sarang burung walet (ET -SBW) yang akan dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan untuk ekspor walet ke semua negara, diharapkan nilai devisa ekspor tersebut akan meningkat.

Menurut Boedi, saat ini China menjadi salah satu importir terbesar sarang burung walet dengan total 262 ton per 2020 pada harga rata-rata Rp 25 juta per kg.

Sedangkan untuk ke negara lain karena belum diberlakukan Eksportir Terdaftar, maka nilai harga ekspornya rata-ratanya lebih rendah bahkan, ada yang hanya Rp 632 ribu per kg.

"Ekspor ke China paling jelas regulasinya dibanding negara lain. Ini kalau digali dengan aturan-aturan yang jelas dan diberlakukan Eksportir Terdaftar, kemungkinan nilai harga sarang burung walet yang tercatat bisa meledak dan devisa kita bisa naik," ujar Boedi, Kamis (21/1/2021).

Boedi menilai, sejak dulu sarang burung walet Indonesia memang sudah menjadi incaran negara-negara lain, khusunya Tiongkok. Terlebih dengan keterbukaan globalisasi sekarang ini menjadikan sarang burung walet sebagai salah satu andalan bagi devisa dari sektor pertanian.

Hal lain yang sangat penting yakni jangan sampai kita mengekspor bahan baku walet yang masih kotor seperti yang dilakukan pada masa lalu. Karena hal ini tidak memberikan nilai tambah dan bisa menyebabkan pengangguran serta menurunkan devisa negara.

"Saya kira dengan evaluasi mana yang mesti diperbaiki dalam ekspor sarang walet serta kita mampu membuat diversifikasi produk nilai tambahnya (added value) seperti minuman dalam botol, aneka makanan dari walet, kosmetik, obat obatan,dll maka jika produk ini diekspor, saya yakin devisanya akan berlipat lipat," tuturnya.

Merujuk catatan IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan), tercatat selama masa pandemi Covid-19 saja di 2020 lalu jumlah ekspor sarang burung walet mencapai 1.155 ton dengan nilai Rp 28,9 triliun.

Jumlah itu meningkat 2,13 persen dari pencapaian di 2019 yang hanya sebanyak 1.131 tonz atau senilai Rp 28,3 triliun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Laboratorium Pengujian

Panen sarang burung walet di Kabupaten Kepulauan Mentawai. (Dok Humas Kabupaten Mentawai)

Kepala Barantan Ali Jamil menyatakan, pihaknya memiliki laboratorium pengujian yang telah diakui oleh negara mitra dagang. Selain percepatan layanan, pihaknya juga terus melakukan inovasi teknologi perkarantinaan untuk memfasilitasi pertanian diperdagangan internasional.

Ali berharap partisipasi dan dukungan dinas pertanian, peternak dan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan komoditas sarang burung walet. Terlebih setiap negara tujuan memiliki protokol ekspor yang harus dilewati.

"Untuk itu kita harus bersama-sama menjaga serta laporkan jika melalulintaskan unggas khususnya kepada petugas karantina agar sarang burung walet tetap dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional," imbuhnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya