Liputan6.com, Jakarta - Tim Satuan Tugas atau Satgas Penanganan Covid-19 kembali menyampaikan perkembangan terkini penyebaran virus Corona di Indonesia.
Salah satunya seperti disampaikan Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah.
Advertisement
Menurut Dewi Nur Aisyah, ada sembilan provinsi yang angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 berada di atas 70 persen.
"Standarnya adalah kita ingin di bawah 70 persen," kata Dewi Nur Aisyah dalam dialog virtual dari Graha BNPB pada Rabu, 20 Januari 2021.
Selain itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito menyampaikan, meningkat tajamnya kasus Corona di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir ini tak berkaitan dengan adanya varian baru virus SARS-CoV-2 di Inggris.
"Bahwa penambahan kasus positif yang besar saat ini terbukti bukan karena munculnya varian baru seperti yang muncul di Inggris," ujar Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis, 21 Januari 2021.
Berikut 5 perkembangan terkini kasus Corona di Indonesia yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19 dihimpun Liputan6.com:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tempat Tidur RS Rujukan Covid-19 di 9 Provinsi Terisi Lebih dari 70 Persen
Satgas Penanganan Covid-19 mengungkapkan bahwa ada sembilan provinsi yang angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 berada di atas 70 persen.
"Standarnya adalah kita ingin di bawah 70 persen," kata Dewi Nur Aisyah, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 dalam dialog virtual dari Graha BNPB pada Rabu, 20 Januari 2021.
Dewi mengatakan bahwa kenaikan kasus Covid-19 secara signifikan akan berimbas pada angka keterpakaian tempat tidur di RS rujukan.
Dalam pemaparannya, Dewi mengungkapkan, sembilan provinsi dengan angka keterpakaian tempat tidur di atas 70 persen tersebut adalah:
Banten - 87,42 persen
DKI Jakarta - 86,70 persen
Daerah Istimewa Yogyakarta - 83,07 persen
Jawa Barat - 77,89 persen
Sulawesi Tengah - 74,93 persen
Jawa Timur - 73,60 persen
Kalimantan Timur - 72,70 persen
Jawa Tengah - 72,10 persen
Lampung - 70,29 persen.
"Enam dari sembilan provinsi tersebut berada di Pulau Jawa," kata Dewi menambahkan.
Dewi mengatakan, Bed Occupancy Rate (BOR) di DKI Jakarta sesungguhnya sempat menurun hingga di bawah 60 persen pada Oktober 2020. Namun angkanya kemudian terus meningkat lagi.
Advertisement
Sejumlah Provinsi Harus Berhati-hati
Menurut Dewi, di Jawa Barat angka BOR cenderung fluktuatif. Dewi mengungkapkan terkait jumlah kasus di Jabar yang beberapa hari terakhir menjadi penyumbang tertinggi, maka patut dilihat apakah hal itu dikarenakan kasus aktifnya yang naik atau karena adanya keterlambatan pelaporan.
"Angka pemakaian tempat tidurnya kalau dia kasusnya naik berarti kan naik, tetapi kalau kita lihat justru agak cenderung turun bahkan di beberapa hari terakhir," kata Dewi.
Untuk di DIY, Dewi menjelaskan bahwa angkanya sempat rendah hingga sekitar 30 persen di bulan Oktober 2020. Namun, peningkatannya signifikan hingga di atas 80 persen pada Desember 2020. Menurutnya, hal ini terkait dengan melonjaknya kasus aktif Covid-19 di Jogja.
Dewi menegaskan bahwa sesungguhnya, tempat tidur di RS rujukan Covid-19 selalu ditambah.
"Kita itu selalu menambah jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan, ini satu catatan. Artinya kita sudah mempersiapkan sebenarnya, jangan sampai jumlahnya segitu-gitu saja karena khawatir kenaikan kasus tinggi, kita tidak bisa menampung," ujar Dewi.
Selain itu, Dewi juga menambahkan ada beberapa provinsi yang angka keterpakaian tempat tidur di RS rujukannya masih di bawah 70 persen, namun harus berhati-hati karena angkanya sudah di atas 50 persen. Beberapa provinsi tersebut adalah:
Bali - 66,67 persen
Sulawesi Selatan - 66,43 persen
Sulawesi Barat - 61,80 persen
Sulawesi Tenggara - 61,51 persen
Kalimantan Selatan - 61,39 persen
Sulawesi Utara - 58,74 persen
Nusa Tenggara Timur - 52,44 persen
Kalimantan Tengah - 51,82 persen
"Tetap hati-hati karena bisa jadi tiba-tiba naik," kata Dewi.
Ingatkan Penularan Covid-19 dalam Keluarga
Satgas Covid-19 kembali mengingatkan masyarakat waspada terhadap bahaya penularan COVID-19 di dalam keluarga dan lingkungan di sekitarnya.
"Kami dari awal sudah memprediksi risiko terbesar penularan ada di tingkat keluarga," kata Sonny Harry B Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19.
Sonny mengatakan bahwa klaster keluarga sangat berisiko karena umumnya ketika berada di rumah, masyarakat tidak bisa melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker atau menjaga jarak.
Selain itu, Sonny juga mengatakan bahwa saat ini mobilitas masyarakat sudah semakin tinggi. Ia menjelaskan bahwa dalam ada dua jalur penularan Covid-19 yang dapat menimbulkan klaster keluarga.
"Yang pertama orang dari luar datang ke keluarga tersebut atau orang di dalam keluarga yang beraktivitas di luar dan kembali ke rumah," kata Sonny.
Sonny menegaskan bahwa dua jalur penularan virus Corona tersebutlah yang menurutnya harus ditutup untuk mencegah klaster keluarga.
Untuk menutup celah penularan dalam keluarga tersebut, maka dibutuhkan edukasi yang lebih lengkap kepada masyarakat, tidak cuma soal kepatuhan terhadap protokol kesehatan saja.
Ia mengungkapkan, Duta Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 saat ini lebih banyak melakukan intervensi di tingkat keluarga.
"Jadi bukan hanya kepatuhan terhadap protokol kesehatan, tetapi mereka harus bisa bersikap bagaimana setelah pulang dari luar, bagaimana kemudian menerima tamu, terus berhati-hati dalam menerima paket yang dikirimkan dari luar," kata Sonny.
"Ini diindikasikan juga, misalnya menerima paket atau pesanan secara online, yang tidak memenuhi protokol kesehatan atau tidak berhati-hati, itu bisa menjadi risiko penularan," jelas Sony.
Advertisement
Sudah Banyak Ditemukan Covid-19 Bermutasi Jenis D614G
Kasus positif Covid-19 meningkat tajam dalam dua pekan terakhir. Kenaikan kasus Covid-19 yang sangat tinggi ini disebutkan tidak terkait dengan varian baru virus SARS-CoV-2 di Inggris.
"Bahwa penambahan kasus positif yang besar saat ini terbukti bukan karena munculnya varian baru seperti yang muncul di Inggris," kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis, 21 Januari 2021.
Hasil pelacakan genome sequencing oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, kata Wiku, menunjukkan peningkatan kasus Covid-19 belakangan ini terjadi karena mutasi D614G. Mutasi virus Covid-19 D614G sebetulnya sudah ada di Indonesia sejak April 2020.
"Jenis mutasinya sudah banyak ditemukan adalah berjenis D614G," ujarnya.
Wiku menyebut, untuk mencegah peningkatan kasus Covid-19 semakin tinggi, semua pihak harus menekan peluang mutasi virus SARS-CoV-2.
Caranya, menghambat laju penularan virus Covid-19 D614G dengan menerapkan protokol kesehatan. Yakni, menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
"Jika kita lengah atas kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan maka cepat atau lambat kita sendiri lah yang menjadi bagian dari angka penambahan kasus positif atau berada pada ruang perawatan Covid-19. Jangan sampai hal ini terjadi maka mohon hati-hati dan terus waspada di mana pun Anda berada," papar Wiku.
Sebut Hampir Setengah Zona Merah Indonesia Ada di Jawa dan Bali
Wiku kemudian menyampaikan, data 17 Januari 2021, jumlah kabupaten dan kota yang masuk zona merah atau berisiko tinggi terhadap Covid-19 sebanyak 108. Meningkat 38 kabupaten dan kota dari data pekan sebelumnya yang masih 70 daerah.
Menurut Wiku, dari 108 kabupaten dan kota yang masuk zona merah, hampir setengahnya berada di Pulau Jawa dan Bali.
"Hampir setengah dari zona merah di Indonesia ini berasal dari kabupaten kota di Pulau Jawa dan Bali," kata dia.
Wiku menjelaskan, dalam empat minggu terakhir peta zonasi risiko Covid-19 di Pulau Jawa dan Bali berkembang ke arah yang buruk.
Namun, pada 3 Januari 2021, wilayah zona merah di Pulau Jawa dan Bali menurun, dari 41 menjadi 32 kabupaten dan kota.
"Namun kemudian angkanya meningkat pada minggu setelahnya, yaitu dari 39 kabupaten kota dan bahkan meningkat drastis pada minggu ini, yaitu menjadi 52 kabupaten kota," terang dia.
Tak hanya pada zona merah, jumlah wilayah yang berstatus zona oranye juga meningkat. Berangkat dari data ini lah, Wiku menyebut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diterapkan di Pulau Jawa dan Bali sejak 11 Januari 2021 belum efektif menekan laju penularan Covid-19.
Karena itu, pemerintah memutuskan kembali memperpanjang PPKM di Pulau Jawa dan Bali.
"Kita masih memiliki harapan besar pada intervensi pemberlakuan pembatasan kegiatan ini, ini baru satu minggu pelaksanaan. Dampak dari intervensi baru akan terlihat pada minggu ketiga intervensi dilakukan," tandas Wiku.
Advertisement