Hoaks Seputar Vaksin Covid-19 Bermunculan, Apa Motifnya?

Apa motif disebarnya hoaks seputar vaksin Covid-19?

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Jan 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta- Vaksin Covid-19 diharapkan sejumlah orang untuk memutus penyebaran Covid-19, sehingga bisa membawa perubahan kehidupan menjadi lebih baik.

Informasi seputar vaksin Covid-19 pun diminati, untuk mengetahui kemajuan penangkal penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut.

Segelintir oknum pun memanfaatkan momen perburuan informasi seputar vaksin Covid-19, dengan menyebar informasi palsu atau hoaks seputar vaksin Covid-19.

Dikutip dari theconversation.com, Assistant Professor of Science and Technology Studies in Liberal Arts Program, Northwestern University Anto Mohsin mengatakan, sejarah menunjukkan bahwa misinformasi terkait wabah penyakit juga terjadi saat terjadi flu Russia melanda pada 1889. Saat itu ada yang menulis bahwa lampu listrik sebagai penyebab pandemi tersebut.

Bedanya, penyebaran misinformasi saat itu masih terbatas karena teknologinya lebih sederhana dibanding saat ini.

Banjir informasi terkait Covid-19 mengenai pandemi ini akan terus berlanjut, karena kegiatan mengetahui adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari menjadi manusia.

Berdasarkan penelusuran yang sudah dilakukan Cek Fakta Liputan6.com, sejak 1 Januari 2021 hingga artikel ini diturunkan, tercatat trerdapat 27 hoax sepurar vaksin Covid-19.

Bentuknya hoaks tersebut beragam, dari tulisan, foto hingga video. Informasi hoaks yang disajikan juga, dari proses penyuntikan vaksin hingga dampak vaksin yang membuat tidak sadarkan diri.

Load More

Saksikan Video di Bawah Ini


Motif Hoaks

Hoaks Hoaks Vaksin Sinovac di Indonesia Dipasang Chip. (Facebook)

Lalu apa motif disebarnya hoaks seputar vaksin Covid-19 tersebut?

Pakar komunikasi dari Universitas Gajah Mada Zainuddin Muda Z Monggilo menilai, Kemunculan misinformasi dan disinformasi seputar vaksin Covid-19 tidak terlepas dari infodemi Covid-19 yang masih terus bergulir dan belum diketahui secara pasti garis akhirnya penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut.

Kehadirian vaksin Covid-19 pun sudah lama digaungkan dan dinantikan oleh mayoritas umat manusia di dunia. Ini membuat situasi penuh dengan rasa harap, cemas, khawatir, takut, dan lainnya di tengah situasi yang kian tidak pasti.

Dalam kondisi tersebut, sejumlah oknum menyuguhi dengan ragam misinformasi dan disinformasi seputar vaksin Covid-19 yang tersebar viral melalui platform digital.

"Beberapa di antaranya seperti vaksin dapat mengubah DNA manusia, menimbulkan manipulasi genetik, mengandung bahan haram, Indonesia menjadi kelinci percobaan, dan masih banyak lagi. Bahkan hingga kini, di awal tahun yang baru, serangan kabar-kabar yang belum tentu kebenarannya dan cenderung provokatif terkait vaksin masih terus merajalela," jelas Zainuddin, saat berbincang dengan Liputan6.com.

Berdasarkan pengamatannya, hoaks seputar vaksin ini tidak menutup kemungkinan untuk disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, guna melancarkan kepentingannya, bisa untuk meraup keuntungan ekonomi, kepentingan politis yang memecah belah, maupun sengaja menjerumuskan mereka yang tidak tahu dan malas memverifikasi.

"Apalagi, hoaks vaksin yang tergolong sebagai hoaks kesehatan, selain hoaks politik dan SARA memang kerap jadi tiga besar hoaks yang paling sering muncul dan direproduksi kembali walau sudah dibantah, semakin mengkhawatirkan lagi bila hoaks vaksin dipadukan dengan hoaks berbau politik dan SARA," ungkapnya.

 


Bisa Bikin Lebih Parah

Hasil riset Julii Bainard dan Paul Hunter dari University of East Anglia Inggris menyimpulkan bahwa informasi hoaks kesehatan, dapat membuat wabah suatu penyakit menjadi lebih parah.

"Orang-orang yang mempercayai informasi bohong ini condong tidak mau melindungi diri mereka sehingga mempersulit penanganan wabah," ujat Paul, dilansir dari theconversation.com.

Di tengah pandemi yang dahsyat ini kita perlu lebih banyak mendapat informasi yang benar dan kredibel dari para ahli kesehatan dan ilmuwan serta otoritas kesehatan untuk mencegah penularan lebih luas

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut fenomena hoaks kesehatan ini sebagai infodemi, yang harus dilawan.

Misinformasi penyakit yang menular ini telah menjadi masalah global karena bisa mempengaruhi tindakan masyarakat di tengah kondisi obat dan vaksin untuk melawan virus corona belum tersedia.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya