Wall Street Bervariasi, Saham Apple Dorong Indeks Nasdaq Melonjak

Wall street bergerak variasi dengan indeks saham Nasdaq menguat 0,6 persen didorong saham Apple.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Jan 2021, 20:42 WIB
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada penutupan perdagangan saham Kamis waktu setempat. Indeks saham Nasdaq cetak rekor didorong kenaikan saham Apple seiring investor yakin pendapatan kuat dari perusahaan teknologi besar.

Pada penutupan wall street, Kamis, 21 Januari 2021, indeks saham Nasdaq naik 0,6 persen ke  posisi 13.530,91 didorong saham Apple naik 3,7 persen. Indeks saham Dow Jones melemah 12,37 poin ke posisi 31.176,01 setelah sentuh rekor intraday pada hari sebelumnya. Indeks saham S&P 500 naik tipis 0,1 persen ke posisi 3.853,07.

Saham Apple melonjak setelah analis Morgan Stanley Katy Huberty mengarakan, Apple dapat cetak rekor kuartalan pada Desember 2020. Optimisme tersebut meningkat sehingga Apple akan membuat pelaku pasar di wall street terkesan saat rilis kinerja keuangan pada pekan depan.

Saham Apple dan Facebook masing-masing naik 7,7 persen dan 8,6 persen jelang rilis hasil kinerja. Sementara itu, saham Microsoft naik 5,8 persen.

Wall street sempat sentuh rekor tertinggi setelah pelantikan Presiden AS Joe Biden. Joe Biden diharapkan dapat mendistribusikan vaksin lebih baik. Sejumlah pelaku pasar di wall street optimistis Biden akan memerangi pandemi COVID-19 dan memberikan dorongan lebih lanjut bagi bursa saham hingga 2021.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Distribusi Vaksin Jadi Perhatian Investor

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Biden merilis rincian rencana penanganan COVID-19 pada hari pertama kerja di kantor termasuk 10 perintah eksekutif dan niatnya untuk menggunakan UU pertahanan untuk meningkatkan produksi peralatan pelindung.

Biden akan berupaya mempercepat peluncuran vaksin dengan menyedialan lebih banyak stimulus pendanaan lokal dan negara bagian, membuat lebih banyak situs vaksinasi dan meluncurkan kampanye pendidikan nasional.

"Kami melihat kecepatan vaksinasi sebagai pendorong utama bursa saham hingga 2021, serupa dengan bagaimana pergeseran dalam mobilitas dan kasus COVID-19 mendorong saham pada 2020. Menghapus hambatan untuk pemberian dosis akan mengangkat bursa saham,” dalam catatan Kepala Riset UBS, Keith Parker, seperti dilansir dari CNBC, Jumat, (22/1/2021).


Valuasi Saham Meningkat

Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Namun, kenaikan indeks saham juga mengangkat valuasi ke level historis yang lebih tinggi sehingga membuat investor berhati-hati tentang penurunan. Indeks saham S&P 500 telah naik 2,6 persen sejauh ini. Indeks saham Nasdaq telah naik hampir lima persen.

"Reli terbaru di pasar saham akan melihat setidaknya pergerakan sideway dalam waktu sangat dekat," ujar Chief Market Strategist Miller Tabak.

Sementara itu, saham maskapai besar AS United turun 5,7 persen setelah membukukan kerugian kuartalan berturut-turut. Perseroan memperingatkan pendapatan akan terus menurun pada awal 2021 karena pandemi COVID-19.

Di sisi lain, klaim asuransi pengangguran mencapai 900 ribu hingga 16 Januari 2020, angka ini lebih rendah dari perkiraan ekonomi 925 ribu. Pelaku pasar juga akan memperhatikan apakah Biden dapat dukungan untuk stimulus COVID-19 senilai USD 1,9 triliun yang diusulkan melalui Kongres. Ketua DPR Nancy Pelosi siap mengesakan RUU pada minggu pertama Februari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya