Penyebab Mutasi Virus Corona D614G Mendominasi di Indonesia

Penularan yang mendominasi dari mutasi Virus Corona D614G disebabkan pergerakan manusia yang tinggi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Jan 2021, 09:30 WIB
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, pada Kamis sore, 21 Januari 2021, mengatakan bahwa meningkatnya kasus Corona di Indonesia tidak terkait dengan varian Virus Corona B117 asal Inggris, melainkan Virus Corona D614G.

Hal tersebut diketahui dari hasil pelacakan whole genome sequencing yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Ternyata jenis mutasi Virus Corona yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah D614G.

Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa berdasarkan isolat yang telah dikumpulkan sejak Oktober 2020 hingga saat ini, 99 persen virus SARS-CoV-2 telah membawa mutasi D614G.

"Di Indonesia sejauh ini D614G ini masih sekitar 69 persen, tetapi juga kalau kita lihat di bulan-bulan yang sama misalnya Oktober hingga belakangan mungkin persentasenya agak lebih banyak," kata Amin kepada Health Liputan6.com pada Jumat (22/1/2021).

Terkait penularan, Amin mengatakan bahwa belum ada data yang dapat membuktikan mutasi Virus Corona D614G jauh lebih menular.  "Kata teman-teman di luar juga biasanya penyebaran lebih banyak karena pergerakan manusia. Artinya, virusnya sendiri tidak beterbangan ke sana kemari," ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

 

Load More

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Mutasi Virus Corona D614G Dipengaruhi Pergerakan

Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Ia menyebutkan bahwa mutasi tersebut sesungguhnya sudah ada sejak awal tahun lalu namun masih terlokalisasi di satu negara. Namun pada Maret 2020 jumlahnya menjadi sekitar seribu dan naik cepat hingga menyebar ke benua lain.

"Itu orang-orang bilang lebih banyak karena pergerakan manusia. Itu yang didasarkan pada temuan di laboratorium, bahwa virusnya lebih cepat menginfeksi, tapi secara epidemiologi di lapangan apakah memang seperti itu, kita belum punya datanya," ujarnya.

Selain itu, mutasi virus corona lain yang juga ditemukan di Indonesia adalah Q677H. Terkait hal ini Amin mengatakan mereka bukan termasuk mutasi yang major. "Di Indonesia cuma lima," katanya.

Sementara untuk varian baru virus corona B117 yang disebut-sebut jauh lebih mudah menular, Amin mengatakan mereka belum diidentifikasi di Tanah Air.

"Virus yang digolongkan virus under investigation itu di Indonesia belum ada," kata Amin.


Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H

Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya