Tim DVI Telah Kumpulkan 714 Sampel DNA Keluarga dan Korban Sriwijaya Air SJ 182

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri terus melakukan identifikasi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

oleh Yopi Makdori diperbarui 22 Jan 2021, 12:01 WIB
Puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terlihat di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/1/2021). Operasi SAR korban Sriwijaya Air SJ 182 ditutup setelah berjalan selama 13 hari sejak 9 Januari 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri terus melakukan identifikasi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Di hari ke-14, Jumat (22/1/2021), tim DVI telah mengumpulkan 714 sampel DNA dari korban maupun pihak keluarga.

"Total sampel DNA yang telah diterima lab DNA sebanyak 714, jadi sudah meningkat hampir tiga kali lipat," ucap Komandan DVI Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Kombes Hery Wijatmoko di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Jumat (22/1/2021).

Hery menjelaskan, sampel itu terdiri dari 174 sampel keluarga atau disebut antemortem. Serta sampel dari korban Sriwijaya Air atau postmortem sebanyak 540 sampel.

"Jadi 174 dari sampel dari antemortem kalau kemarin itu ada 145 sekarang itu ada 174 sampel. Mengapa ini bertambah karena ada beberapa keluarga yang kami minta DNA sampelnya, karena kita tidak bisa membedakan misalnya antara sampel wanita kakak adik yang sama atau laki yang sama  Maka kami membutuhkan sampel tambahan," jelasnya.

"Untuk sampel postmortem (sebanyak) 540," sambungnya.

Dia mengatakan, setelah sampel-sampel ini terkumpul, pihaknya akan melakukan rekonsiliasi atau pencocokan data dari sampel antemortem dengan sampel postmortem. Proses ini cukup membutuhkan waktu beberapa lama.

"Mohon dipahami bahwa sejumlah sampel tersebut membutuhkan waktu untuk mem-profiling, menganalisis, mencocokkan data. Jadi data yang banyak itu nanti akan di-profiling nanti akan dicocokkan dalam fase rekonsiliasi," jelasnya.

Sementara itu, Tim DVI Polri kembali menerima satu kantong jenazah dari operasi Tim SAR di hari terakhir pencarian korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Kamis 21 Januari 2021. Sehingga, total kantong jenazah yang diterima tim DVI Polri berjumlah 325 kantong pada hari ini, Jumat (22/1/2021).

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tangis Pecah Saat Tabur Bunga

Pramugari mengikuti prosesi tabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jumat (22/1/2020). Sebanyak 50 orang perwakilan keluarga melakukan tabur bunga sebagai penghormatan terakhir kepada para korban kecelakaan pesawat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Tangis keluarga korban penumpang Sriwijaya Air SJ 182 pecah, saat detik-detik penghormatan upacara tabur bunga di Kepulauan Seribu dimulai. Doa dihaturkan kepada mereka para korban insiden jatuhnya pesawat tersebut.

"Semoga keluarga ditinggalkan diberi ketabahan, keikhlasan dan yang meninggalkan diberi tempat terbaik oleh Tuhan Yang Maha Esa," ujar doa dari pemuka agama sebelum upacara tabur bunga dimulai dari atas Kapal KRI Semarang, di Kepulauan Seribu, Jumat (22/1/2021).

Satu per satu perwakilan keluarga korban Sriwijaya Air membawa baki berisi kelopak mawar merah dan putih. Kru Pilot, pramugari, dan sederet keluarga penumpang menebar bunga tersebut ke laut.

"Kita tengah berada di titik jatuhnya pesawat SJ 182," ujar komando kapal dari pengeras suara.

Seketika, suara tangis terdengar mengencang di KRI Semarang. Tidak ada kata yang terucap, hanya air mata menetes dan pelukan yang saling menguatkan.

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan hilang kontak pukul 14.40 WIB, sesaat setelah lepas dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Sabtu sore, 9 Januari 2020 pukul 14.36 WIB di sekitar perairan Kepulauan Seribu.

Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya