Kemendag Beberkan Temuan soal Lonjakan Harga Daging Sapi, Apa Saja?

Kemendag telah mengambil beberapa langkah untuk mencegah aksi mogok jual daging ini terus berlanjut.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2021, 20:15 WIB
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menindaklanjuti aksi mogok jualan dari para pedagang daging sapi di pasar rakyat, khususnya di wilayah DKI Jakarta selama beberapa hari terakhir.

Sekretaris Jenderal Kemendag Suhanto menyatakan, pihaknya telah mengambil beberapa langkah untuk mencegah aksi mogok jual daging ini terus berlanjut. Pertama, pihak instansi mencari tahu apa penyebab terjadinya ini.

"Ternyata dapat informasi dari Asosiasi Pedagang (Daging Indonesia/APDI), memang sekarang terjadi penyesuaian harga. Mereka menghadapi kenaikan (harga) dari RPH (Rumah Pemotongan Hewan) antara 11,6 sampai 12,6 persen," kata Suhanto dalam siaran video, Jumat (22/1/2021).

Menindaki hal tersebut, Kemendag disebutnya coba melakukan pertemuan dengan pihak importir, dan mendapati informasi bahwa harga daging sapi telah naik sejak di negara asal yakni Australia.

"Dari negara asal di Australia mereka juga mengalami kenaikan, yang 6 bulan lalu masih antara USD 2,8 per kg daging sapi berat hidup, ini harga di kisaran USD 3,78 per kg," jelas Suhanto.

Namun demikian, Suhanto tak mau masyarakat kesulitan konsumsi daging sapi yang selama ini jadi sumber protein selama masa pandemi Covid-19. Oleh karenanya, Kemendag coba tawarkan solusi jangka pendek dan panjang dalam mengatasi harga daging sapi ini.

Dalam jangka pendek, Kemendag mendapatkan informasi ada ketersediaan daging sapi di DKI Jakarta, yakni salah satu perusahaan masih tersedia stok daging sekitar 17 ribu ton.

"Sehingga kami melihat langsung ke lapangan kemarin, ke gudang bersama asosiasi pedagang dan mereka ketemu, dan mereka sudah sepakat pada hari ini sudah berjualan lagi. Tentunya dengan harga yang wajar tanpa memberatkan masyarakat," ungkapnya.

Di samping solusi tersebut, Suhanto melanjutkan, Kemendag juga berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk peningkatan produktivitas petani dalam rangka populasi sapi.

"Dalam jangka panjang juga kami cari terobosan strategi baru dengan mencari sumber-sumber negara lain, contohnya yang sekarang kita lakukan adalah mencoba importasi sapi dari Meksiko," tandasnya.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Harga Daging Naik, KPPU Belum Temukan Pelanggaran Persaingan Usaha

Aktivitas jual beli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (5/8). Pemerintah mencabut ketentuan kewajiban importir daging untuk menyerap daging lokal sebanyak tiga persen dari total kuota impor yang diperoleh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Guntur Saragih mengaku belum menemukan adanya unsur pelanggaran atas lonjakan harga daging sapi di wilayah Jabodetabek.

Menyusul pihaknya saat ini belum melakukan penelitian untuk menyelidiki kenaikan harga daging yang sempat membuat pedagang melakukan aksi mogok jualan.

"Kenaikan harga daging memang terjadi khususnya di Jabodetabek. Terkait dengan pelanggaran sampai hari ini memang (belum ditemukan. Kami belum sampai ke masuk tahap penelitian," tuturnya dalam webinar Pengawasan di Komoditas Bawang Putih, Jumat (22/1/2021).

Untuk itu, KPPU berencana melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti atas melejitnya harga daging di Jabodetabek.

"Jadi ini masih terus kita lihat. Opsi (penelitian) itu masih terbuka tergantung perkembangannya," terangnya.

Kendati demikian, KPPU menduga kenaikan harga daging kali ini bukan disebabkan oleh faktor persaingan usaha. Sehingga dipastikan berbeda dengan kasus serupa yang terjadi pada 2016 lalu yang murni diakibatkan oleh faktor persaingan usaha.

"Kenaikan harga (daging kali ini) bisa karena pasar memang supply nya lebih mahal, dan bisa juga karena ada kondisi satu dan lainnya karena keterbatasan gitu. Tentunya (kenaikan) saat ini beda case dengan kejadian sebelumnya (2016)," tutupnya.


Aksi Mogok Pedagang

Deretan daging sapi tergantung di lapak pedagang di Pasar Perumnas, Jakarta, Selasa (19/1/2021). Biasanya, harga daging sapi berada di kisaran Rp 110 ribu sampai Rp 114 ribu per kilogram. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, memastikan mulai Selasa malam (19/1) pedagang daging sapi di wilayah wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek) resmi melakukan aksi mogok penjualan. Kalaupun tetap berjualan lebih dikarenakan untuk menghabiskan stok daging yang ada.

"Ya memang hari ini mulai tadi malam sudah efektif temen-temen tidak berdagang ya. Kalau ada (berjualan) lebih menghabiskan barang dagangannya tadi malam. Dan hari ini laporannya dari Bekasi, Tangerang Banten, Depok dan Jakarta sudah mulai tutup," tuturnya saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (20/1).

Abdullah mengungkapkan, aksi mogok ini menindaklanjuti keputusan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) atas seruan berhenti berjualan daging sapi di wilayah Jadetabek selama tiga hari ke depan. Sebagaimana yang tertuang dalam SE bernomor 08/A/DPD-APDI/I/2021 yang memuat rencana mogok jualan sejak Selasa (19/1) hingga Kamis (22/1).

"Jadi, ini (aksi mogok) yang bagian protes dari pedagang," imbuh dia.

Sulaeman

Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya