Cek Fakta: Tidak Benar Data Kematian Akibat Vaksin Sinovac Disembunyikan

Beredar kabar data kematian akibat vaksin Sinovac disembunyikan. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 22 Jan 2021, 21:33 WIB
Gambar Tangkapan Layar Kabar tentang Data Kematian Akibat Vaksin Sinovac Disembunyikan (sumber: Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang data kematian akibat vaksin Sinovac disembunyikan beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan akun Facebook Uni Ndun pada 20 Januari 2020.

Akun Facebook Uni Ndun mengunggah gambar berisi narasi sebagai berikut:

DATA KEMA.TIAN AKIBAT VAKSIN SINOVAC DISEMBUNYIKA,TEMPO UNGKAP FAKTANYA !

#CATATANHITAM

"Hoax atw valid ga ni berita'y,.....🙏

Mohon bagi yg punya link brta'y ini mohon dilampirkn dikolom komentar agar tdk timbul fitnah , trimakasih🙏," tulis akun Facebook Uni Ndun.

Konten yang disebarkan akun Facebook Uni Ndun telah 37 kali dibagikan dan mendapat 21 komentar warganet.

Benarkah kabar tentang data kematian akibat vaksin Sinovac disembunyikan? Berikut penelusurannya.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Load More

Saksikan video pilihan berikut ini:


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang data kematian akibat vaksin sinovac disembunyikan.

Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "data kematian vaksin sinovac" ke kolom komentar Google Search. Hasilnya tidak ada artikel dari media arus utama yang memberitakan soal kabar tersebut.

Liputan6.com kemudian menemukan artikel yang menjelaskan tidak ada efek samping serius pada orang yang disuntik vaksin Covid-19, Sinovac.

Adalah artikel berjudul "Komnas KIPI: Belum Ada Efek Samping Vaksinasi COVID-19 yang Perlu Perhatian Khusus" yang dimuat situs Liputan6.com pada 20 Januari 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) mengatakan bahwa sepekan usai penyuntikkan perdana, mereka belum menemukan efek samping serius yang terjadi usai vaksinasi COVID-19.

Komnas KIPI sendiri pada 19 Januari 2021 kemarin telah menerima sebanyak 28 laporan kasus efek samping usai penyuntikkan vaksin COVID-19 buatan Sinovac.

Hindra Irawan Satari, Ketua Komnas KIPI mengatakan bahwa sebagian besar efek samping dari vaksin COVID-19 yang dilaporkan ke mereka masih di tahap yang dapat diatasi dan disembuhkan.

"Jadi pegal, nyeri tempat suntikan, kemerahan, lemas, demam, mual, perubahan nafsu makan, semua menunjukkan gejala yang sebagian besar tidak perlu pengobatan, ada yang diberi obat, ada yang diobservasi," kata Hindra dalam dialog virtual yang disiarkan di Youtube FMB9ID_IKP.

"Namun Alhamdulillah, mereka semua berakhir dengan happy ending, sehat. Kemudian sampai saat ini kami pantau aman," kata Hindra dikutip Rabu (20/1/2021).

Hindra mengatakan bahwa memang tubuh awalnya akan mengenali vaksin sebagai sebuah benda asing. Reaksinya setiap orang akan berbeda-beda di tahap ini.

Meski begitu, efek samping vaksin corona Sinovac yang dilaporkan sebelumnya juga telah tercatat dalam uji klinis di Bandung dan dalam beberapa jurnal.

"Semua bersifat ringan dan sesuai dengan yang dilaporkan di jurnal-jurnal dan tempat lain, dan semua sehat, tidak ada yang memerlukan perhatian khusus sampai saat ini," ujarnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam konferensi pers pengumuman pemberian izin pakai darurat beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa efek samping vaksin COVID-19 Sinovac yang umum ditemukan antara lain nyeri, iritasi, pembengkakan, serta efek samping sistemik berupa nyeri otot, fatigue, dan demam.

Sementara frekuensi efek samping vaksin corona derajat berat seperti sakit kepala, gangguan di kulit, atau diare, hanya dilaporkan 0,1 sampai 1 persen. BPOM menegaskan efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali.

 

 


Kesimpulan

Kabar tentang data kematian akibat vaksin sinovac disembunyikan ternyata tidak benar. Faktanya hingga kini, tidak ada laporan mengenai efek samping serius dan korban meninggal dunia dari suntikan vaksin Sinovac. Konten yang disebarkan akun Facebook Uni Ndun masuk kategori palsu.

 

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya