Ini Bedanya Tes Covid-19 Lewat GeNose dan PCR

Pemerintah berencana mengimplementasikan GeNose, alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM).

oleh Andina Librianty diperbarui 23 Jan 2021, 15:30 WIB
Alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dijajal di Kementerian PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Selain GeNose, Muhadjir juga menerima alat rapid test yang dibuat oleh Universitas Padjajaran (Unpad). (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana mengimplementasikan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), GeNose. Alat ini bisa menjadi opsi baru sebagai pegganti tes antigen atau serologi, tapi bukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo. "Antigen bisa, serologis bisa (sebagai pengganti). Kalau negatif GeNose, sudah hampir kita pastikan tidak perlu PCR," kata Eko di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).

Eko menjelaskan GeNose didesain untuk melakukan skrining. Oleh sebab itu, dalam prosesnya diutamakan agar tidak terjadi negatif false yaitu hasil tes negatif tapi ternyata positif Covid-19.

Ini merupakan salah satu pembedanya dengan tes PCR yang merupakan alat diagnostic.

Tes PCR tetap harus dilakukan jika tes GeNose menunjukkan hasil positif. Namun jika hasil GeNose negatif, maka dinilai tidak perlu tes PCR.

Secara akurasi, kata Eko, tes GeNose tidak jauh berbeda Dengan PCR. Tingkat akurasi GeNose diklaim di atas 90 persen.

"Perbedaan dengan PCR itu, negatif false beda 3 persen. Namun memang GeNose ini adalah alat skrining cepat," tutur Eko.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cara Kerja GeNose

Seorang pria memperagakan alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kementerian PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Alat GeNose C19 bisa digunakan di stasiun transportasi umum, pabrik, kantor-kantor hingga tempat perbelanjaan. (merdeka.com/Imam Buhori)

GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang di simpan di dalam sebuah kantung. Napas yang diambil adalah napas ketiga untuk mendapatkan hasil mendekati keadaan sebenarnya.

Setelah itu, kantung napas akan diletakkan atau dihubungan ke alat GeNose yang didukung ke cerdasan buatan. Kemudian alat deteksi tersebut akan mengeluarkan hasil tes dalam waktu 50 detik.

Alat GeNose ini akan dijual dengan harga eceram tertinggi Rp 62 juta sebelum pajak. Satu alat bisa dipakai 100 ribu kali.

Saat ini yang sudah mengimplementasikan GeNose antara lain kantor Kementerian Ristek dan Teknologi (Ristek) dan beberapa Rumah Sakit (RS) di Yogyakarta.

""Utamanya untuk saat ini di kantor-kantor dan fasilitas kesehatan," kata Eko.

Pihak UGM sudah meproduksi 100 alat dalam batch pertama. Produksi batch kedua sebanyak 3.000 akan dirilis pada bulan ini.

Batch kedua ini, Menurut Eko, sudah banyak pihak swasta yang memesan alat GeNose. Selanjutnya, pihak UGM tiap bulan berencana memproduksi minimal 1.000 alat.


Stasiun KA akan Pasang Alat Pendeteksi Covid-19 GeNose Mulai 5 Februari 2021

Implementasi alat pendeteksi Covid-19, GeNose, akan dimulai di stasiun-stasiun Kereta Api (KA) pada 5 Februari 2021. (Liputan6.com/Andina Librianty)

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, mengatakan implementasi alat pendeteksi Covid-19, GeNose, akan dimulai di stasiun-stasiun Kereta Api (KA) pada 5 Februari 2021. Alat ini merupakan buatan Universitas Gajah Mada (UGM).

"Kita rencakan di kereta api akan dimulai pada 5 Februari 2021. Bertahap setelah itu baru pesawat terbang," tutur Budi saat meninjau implementasi GeNose di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).

Implementasi GeNose di stasiun ini, kata Budi, akan mengurangi beban penumpang KA dibandingkan melalukan Rapid Test Antigen. Biaya tes GeNose sendiri diharapkan bisa di bawah Rp 20 ribu.

Seperti diketahui sebelumnya, penumpang kereta api jarak jauh diwajibkan untuk melakukan Rapid Test Antigen. Harga Rapid Test ini beragam mencapai ratusan ribu rupiah.

"Kereta api ini kan tarifnya rendah, jadi kalau antigen lebih mahal daripada tarif, kasihan," kata Budi.

Menko Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, berharap biaya tes GeNose per orang tidak lebih dari Rp 20 ribu. Harga yang terjangkau diharapkan akan membuat lebih banyak orang melalukan tes.

""Kalau bisa tarifnya di bawah Rp 20 ribu. Kalau semua orang pakai ini, maka akurasinya bisa lebih tajam," jelas Luhut.

Adapun implementasi GeNose di Stasiun KA Pasar Senen hanya dilakukan pada hari ini.

Cara kerja GeNose berbeda dengan Rapid Test dan PCR sebagai metode yang saat ini digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Kedua metode ini menggunakan sampel darah (rapid test antibodi) dan sampel nasofaring (rapid test antigen dan PCR).

UGM memperkenalkan GeNose sebagai inovasi alat pendeteksi Covid-19 hanya dengan embusan napas. Inovasi ini merupakan hasil kolaborasi yang meliputi tim ahli lintas bidang ilmu di UGM.

GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang di simpan di dalam kantung udara. Kemudian kantung udara tersebut dihubungan ke alat GeNose yang sudah didukung Artificial Intelligence atau ke cerdasan buatan (AI).

Menurut Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo, sistem GeNose dapat mendeteksi virus dalam waktu 50 detik.

"Secara akurasi dengan PCR tidak jauh beda. Kalau negatif GeNose, tidak perlu PCR," jelas Eko.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya