Fenomena Iklim Berlangsung Bersamaan, BMKG Ungkap Skenario Cuaca Terburuknya

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, sejumlah fenomena iklim sedang terjadi bersamaan berlangsung.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 24 Jan 2021, 10:03 WIB
Awan mendung menggelayut di langit Jakarta, Kamis (1/2). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi curah hujan dari sedang hingga tinggi akan terjadi hingga 1 minggu ke depan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan skenario terburuk cuaca ekstrem di Indonesia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, sejumlah fenomena iklim sedang terjadi bersamaan berlangsung.

BMKGmemprediksi sejumlah fenomena ini juga bersamaan dengan puncak musim hujan di Tanah Air, seperti dilansir Antara.

Dwikorita menjelaskan, fenomena iklim itu salah satunya adalah La Nina yaitu anomali suhu muka air laut di wilayah Samudra Pasifik yang mengakibatkan suhu muka air laut relatif lebih dingin dibandingkan suhu muka laut di perairan Indonesia yang semakin hangat. Berdasarkan analisis BMKG, suhu di wilayah perairan Indonesia mencapai 29 derajat celcius.

Fenomena lainnya, angin Monsun Asia yang mengakibatkan peningkatan pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia. Serta fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yaitu gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudra Hindia di zona tropis dari sebelah timur Afrika atau sebelah barat Indonesia memasuki wilayah Indonesia menuju wilayah Pasifik.

Selain itu, ada fenomena gelombang atmosfer yang terjadi di ekuator yaitu gelombang Rossby Ekuator dan Kelvin yang meningkatkan potesi hujan. Juga menghangatkan muka air laut di perairan Indonesia sehingga menambah penguapan.

Juga terpantau adanya bibit siklon dan fenomena siklonik di beberapa titik yang dapat berdampak secara tidak langsung dapat meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin.

"Berbagai fenomena itu terjadi bersamaan sesuai yang kami prediksi saat itu kami buat empat skenario prediksi, terburuk adalah berbagai fenomena itu terjadi bersamaan," ujar Dwikorita.

Skenario tersebut diprediksikan BMKG terjadi pada Januari-Maret 2021. Hal ini akan berdampak peningkatan curah hujan bulanan mencapai 300-500 mm setara dengan peningkatan curah hujan 40-80 persen dari normalnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Waspada

Melihat kondisi tersebut, Dwikorita mengingatkan untuk mewaspadai dampak yang kemungkinan ditimbulkan yaitu potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai kilat/petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.

Saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia atau 94 persen dari 342 Zona Musim sudah memasuki puncak musim hujan yang diprakirakan akan berlangsung hingga Februari mendatang.

Sebagian besar wilayah yang berada pada Puncak Musim Hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian Selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan mengatakan, berbasis dasarian atau 10 harian ketiga pada Januari, curah hujan dalam level menengah, sedangkan pada awal Februari diprakirakan curah hujan agak tinggi.

Selain itu curah hujan sebulan ke depan masih menunjukan kategori tinggi, bisa lebih dari 500 mm.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya